JAKARTA, Legion News – Pemerintah Indonesia berencana untuk berangsur-angsur beralih ke kondisi normal baru atau new normal dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Kebijakan ini diharapkan menjadi pendongkrak kejayaan dan kesejahteraan petani kembali melalui dimulainya aktivitas hotel, restoran, katering (horeka), dan perkantoran.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, dampak yang ditimbul akibat pandemi ini masih dirasakan masyarakat. Termasuk para petani. Faktor yang mempengaruhi petani yakni harga produk pertanian mengalami tekanan diakibatkan oleh panen raya musim tanam pertama.
Selain itu, terjadi gangguan distribusi akibat PSBB, penurunan daya beli masyarakat, melemahnya sektor ekonomi yang terkait dengan sektor pertanian seperti horeka dan perkantoran.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, dampak yang ditimbul akibat pandemi ini masih dirasakan masyarakat. Termasuk para petani. Faktor yang mempengaruhi petani yakni harga produk pertanian mengalami tekanan diakibatkan oleh panen raya musim tanam pertama.
Selain itu, terjadi gangguan distribusi akibat PSBB, penurunan daya beli masyarakat, melemahnya sektor ekonomi yang terkait dengan sektor pertanian seperti horeka dan perkantoran.
“Kondisi ini menyebabkan deflasi kelompok bahan makanan dimana jumlah bahan pangan di lapangan banyak namun permintaan berkurang berakibat langsung dengan pendapatan petani,” ungkapnya pada Minggu (7/6/2020).
Menurutnya, selama pandemi, deflasi kelompok bahan makanan masih berimplikasi positif terhadap stabilitas sosial dan politik. Sehingga untuk mengurangi dampak ke pendapatan yang diterima petani, pemerintah melalui kementerian terkait memberikan bantuan sosial yang dapat mengompensasi penurunan daya beli petani yang diakibatkan oleh penurunan harga produk pertanian.
“Dengan kebijakan normal baru utamanya di sektor pariwisata diharapkan dapat memulihkan permintaan produk pertanian sehingga dapat memperbaiki harga di tingkat petani,” tuturnya.
Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat bahwa panen raya musim tanam pertama sukses untuk mengamankan stok pangan sehingga tidak terjadi gejolak kenaikan harga dan tersendatnya distribusi 11 bahan pokok.
“Ekspor komoditas pertanian juga masih jalan sebesar 12,6 persen. Nilai Tukar Petani (NTP) memang turun akibat pandemi Covid tapi ini hanya sesaat nanti akan segera akan naik lagi,” ucapnya.
Menghadapi fenomena yang terjadi dikalangan petani, Mentan Syahrul mengatakan bahwa pihaknya sedang melakukan berbagai upaya. Salah satunya melakukan pengendalian dari sisi harga pertanian.
“Pengendalian ini utamanya melalui koordinasi dengan Bulog dan Kemendag,” katanya.
Saat ini, Kementan terus melakukan upaya untuk tetap menjaga stok pangan utamanya beras. Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menambahkan bahwa upaya untuk menjaga stok yang ada yakni dengan percepatan tanam pada April-September 2020 ini dilaksanakan di delapan wilayah andalan, sembilan wilayah utama, dan 16 wilayah pengembangan.
“Kementan memberikan bantuan benih, alat mesin pertanian, asuransi pertanian dan pendampingan agar percepatan tanam sukses dan memberikan hasil yang tinggi,” katanya.
Ia mengatakan, target luas tanam 2020 sebesar 11,66 juta hektare yang berpotensi menghasilkan 33,6 juta ton beras. Sementara stok beras akhir Juni 2020 diperkirakan masih mencapai 6,84 juta ton.
Lebih lanjut, potensi panen padi Mei 2020 mencapai 1,25 juta hektare dengan hasil beras sebesar 3,43 juta ton. Sedangkan potensi panen padi Juni 2020 mencapai 0,74 juta hektare yang dapat menghasilkan beras sebesar 1,94 juta ton.
“Musim tanam dua, target kita di atas 5,6 juta hektare dan mudah-mudahan kalau ini bisa menghasilkan maka ketahanan pangan itu bisa kita jamin lebih baik,” tutupnya. (*)