Menkeu Ungkap Aliran Modal Dunia Mengalami Pergeseran dari AS ke Eropa dan Jepang

FOTO: Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam kesempatan lainnya saat menghadiri US Chamber of Commerce di Washington DC, Amerika Serikat, Rabu (23/4/ 2025). (Properti Sri Mulyani Indrawati via Facebook)
FOTO: Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam kesempatan lainnya saat menghadiri US Chamber of Commerce di Washington DC, Amerika Serikat, Rabu (23/4/ 2025). (Properti Sri Mulyani Indrawati via Facebook)

LEGIONNEWS.COM – Aliran modal dunia mengalami pergeseran dari Amerika Serikat ke negara dan aset yang dianggap aman atau safe haven assets. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani saat konferensi pers KSSK secara virtual, Kamis (24/4).

Menkeu Sri Mulyani menyampaikan bahwa aset keuangan dunia saat ini lari dari Amerika Serikat (AS) ke Eropa dan Jepang.

“Aliran modal dunia mengalami pergeseran dari Amerika Serikat ke negara dan aset yang dianggap aman atau safe haven assets,” ungkap Menkeu Sri.

“Terutama (bergeser ke) aset keuangan di Eropa dan Jepang, serta ke komoditas emas,” beber Sri Mulyani.

Advertisement

Aliran modal yang keluar juga terjadi di negara-negara berkembang. Pada akhirnya, fenomena ini menimbulkan tekanan yang berujung pelemahan sejumlah mata uang.

Aliran modal yang keluar juga terjadi di negara-negara berkembang. Pada akhirnya, fenomena ini menimbulkan tekanan yang berujung pelemahan sejumlah mata uang.

Biang kerok larinya aset keuangan dari AS tak lain adalah kebijakan tarif impor yang ditetapkan Presiden Donald Trump. Ia justru menilai tarif tinggi itu bakal berdampak negatif untuk pertumbuhan ekonomi Amerika.

Nasib serupa juga akan dialami China selaku negara yang melawan dengan menetapkan tarif balasan. Tiongkok selaku negara ekonomi kedua terbesar di dunia itu dihantam tarif sebesar 245 persen oleh AS.

“Kebijakan (tarif Trump) dan ketidakpastian tersebut telah mendorong perilaku risk aversion atau penghindaran risiko dari para pelaku usaha, termasuk pemilik modal,” tutur sang Bendahara Negara.

“Tentu, ini (perang tarif AS Vs China) akan menambah risiko dalam bentuk kenaikan inflasi dan pelemahan atau bahkan penurunan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat,” imbuhnya. (*)

Advertisement