LEGIONNEWS.COM – JAKARTA, Kurangnya gedung dan pendidik guru Taman Kanak kanak (TK) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di wilayah pelosok (Pedesaan) di Indonesia menjadi perhatian Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu`ti.
Untuk itu pihaknya bersama Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT) sepakat untuk membicarakan rencana strategis menjadikan guru TK dan PAUD sebagai kebanggaan di masyarakat.
“(Saat ini) kondisinya masih banyak desa yang tidak ada PAUD. Padahal (PAUD) sebagai pondasi pendidikan karakter seperti di banyak negara,” kata Mu’ti saat menerima Mendes PDT, Yandri Susanto, di Kantor Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen). Jumat (17/11/2025).
Sementara itu ditempat yang sama, Yandri mengungkapkan salah satu tantangan untuk merealisasikan rencana tersebut adalah kurangnya sumber daya manusia.
Disampaikannya, Pemerintah dapat mendirikan bangunan PAUD, tetapi biasanya tidak ada SDM guru.
Kondisi tersebut akhirnya membuat kedua menteri menyepakati bahwa diperlukan rencana-rencana strategis untuk menjadikan guru TK dan PAUD sebagai kebanggaan.
Abdul Mu’ti memaparkan upaya strategis yang akan dilakukan dalam waktu dekat, yaitu:
PERTAMA, Membuat kesepakatan tertulis berupa memorandum of understanding (MoU) antara dua kementerian yang mengatur tentang pendirian TK, peningkatan SDM dalam bentuk rekrutmen relawan pendidikan dari kaum muda, dan pengadaan pelatihan.
KEDUA, Revitalisasi kualitas PAUD yang sudah ada di desa-desa.
“Tidak harus sekolah negeri, karena jumlah PAUD lebih banyak dikelola oleh swasta,” kata Mendikdasmen.
Kedua strategi tersebut disetujui oleh Mendes PDT. Maka dari itu pihaknya akan menyinkronkan data PAUD di desa antara Kemendes PDT dan Kemendikdasmen. Selanjutnya, akan ditetapkan lokasi prioritas.
MoU kedua kementerian rencananya akan dikemas melalui acara “Festival Bangun Desa Bangun Pendidikan”.
Mendes PDT mengatakan kunci pembangunan negara ada di desa.
“Ke depan, desa menjadi pilihan berkarir dan hidup, sehingga sekolah di desa, bekerja di desa, menikah di desa, hingga meninggal di desa,” ujarnya. (**)