Marketing Intelligence: Pertarungan Dua Lembaga Survey

oleh: Sawedi Muhammad
Chief Executive Officer Penta Helix Indonesia.

MAKASSAR||Legion-news.com Jokpro ini bagian dari politik “testing the water” Mereka ingin melihat respon publik apakah mayoritas menerima atau resisten. Hal sama dilakukan saat “mengerjai” partai Demokrat. Mereka berhenti karena respon publik sangat kuat dan menganggap Moeldoko atas dukungan istana melakukan politik tercela dan tidak beradab.

Jokpro juga bagian dari gerakan personal Qodari. Ia tidak banyak pilihan karena telah membuat Indo Barometer bangkrut karena kehilangan “client dan momentum”.

Untuk bangkit, Qodari butuh langkah extraordinary agar survive dan dilirik kembali untuk mendapatkan legitimasinya yang hilang.

Advertisement

Qodari melakukannya dengan penuh perhitungan. Meski ia sadar amandemen UUD 1945 bukan perkara gampang karena bisa memecah belah bangsa, target antaranya adalah agar dilirik PDIP untuk jadi pendamping di Pemilu serentak 2024.

Ini bagian dari strategi “market intelligence” lembaga survey agar survive di tengah kompetisi ketat yang saling mematikan.

LSI Denny JA, melakukan hal yang sama. Ia baru meluncurkan analisis mengenai “political king/queen” di Pemilu serentak 2024. Yang dilakukannya adalah survey pendahuluan yang merupakan strategi marketing agar lembaganya digunakan sebagai pendampimg di Pemilu 2024.

Qodari dan Denny JA keduanya adalah “pebisnis politik”. Mereka mengejar client dengan berbagai cara yang hanya bisa dipahami di level “high politics”.

Bedanya, Qodari menggunakan cara frontal, keras dan menggelegar; gaya palembang ber style preman. Tapi Denny JA menggunakan style dan tata bahasa yang halus, santun khas sunda. Keduanya sedang bertarung “merebut pasar” dengan style yang berbeda.

Tapi ada satu yang mereka lupakan dalam strateginya; yaitu variabel Anies Baswedan. Qodari sudah menutup peluang mendampingi Anies. Ia tegas memilih mengusung “ultra-nationalist secular”.

Denny JA, memilih strategi yang lebih moderat. Denny dalam analisis terakhirnya justru secara implisit menegaskan kalau penentu arah politik 2024 adalah “pemilih nationalis-religius”, yang tentu saja Capres tunggalnya adalah Anies.

Mengapa style “marketing intelligence” Denny dan Qodari berbeda? Menurut saya jawabannya sangat sederhana. Qodari penggemar mpek-mpek Palembang dengan cuka yang pedas, sementara Denny JA penggemar makan Sunda yang dominan kombinasi rasa asam dan rasa manis.

Advertisement