LEGIONNEWS.COM – MAKASSAR, Jenderal bersahaja ini low profil. Bergaul tak memandang kasta, sekalipun beliau juga turunan bangsawan berdarah ‘biru’.
Saya mengenalnya sejak Kasat Lantas Poltabes Makassar dengan pangkat Kapten hingga jadi Kombes Pol sebagai Kapolrestabes Makassar sampai Kapolda Sulsel berpangkat Inspektur Jenderal.
Pria gagah bertubuh atletis dengan ciri khas dialeg bugis ini, tetap tak merubah pribadinya yang santun.
Puang Bur, sapaan akrab Dr. H. Burhanuddin Andi, MH ini malang melintang menjabat posisi penting di Kepolisian. Mungkin diantara letting AKPOLnya, beliau cukup melejit.
Di Permandian Cafe & Resto Dewi Sri milik isteri tercintanya belum lama ini, saya sempat berbincang sambil menikmati menu khasnya, Sarabba dan beberapa penganan khas bugis.
Sebelumnya, makan siang semeja di restorannya. Lanjut ke rumah kayu ‘bola yase’ bernuansa ‘saoraja’.
Banyak cerita lucu dan menarik bahkan berkisah tentang kenaikan pangkat dan jabatan yang diembannya. Saya tidak mencatat, karena ketika saya ijin untuk wawancara khusus, beliau menolak halus.
“Ini pertemuan nostalgia yang tak direncanakan, pak Andi”, senyumnya, sambil bertutur: “Waktu dulu saya sibuk dan menjabat, hampir tak ada waktu santai seperti saat ini. Sekarang saya bebas mengatur waktu jadi Pengusaha, juga buka Kantor Pengacara dan Advokat”.
Sambil bercerita, sesekali, mengajak saya menikmati hidangan yang dibuat sendiri oleh ibu Sri, isteri beliau.
Pelan saya mengamati sosok Jenderal dengan penampilannya yang tak pernah luntur. Necis, di usia ke 65.
Teringat dulu waktu saya menghadap minta tolong untuk lepaskan motor teman Wartawan yang ditangkap karena tak punya Surat Ijin Mengemudi (SIM).
Responnya justru tak pernah saya sangka.
“Tolong sampaikan salam dan rencana saya ke pak Ketua PWI Sulsel, bahwa Kasatlantas akan memberi SIM kepada semua Wartawan yang tak memiliki “.
Bak pepatah, Pucuk dicintai ulam tiba. Wartawan memang perlu didisiplinkan. Terus terang saat itu, Wartawan seolah lebih ‘kuasa’ dari penguasa. Semua dianggap mudah karena kemitraan yang terjalin akrab. Namun mungkin bagi Kasatlantas, harus ada perubahan. Sekaligus memberi ‘pelajaran’ agar Wartawan memiliki rasa ‘malu’ melanggar Undang Undang Lalulintas.
Beberapa hari kemudian rencana dan bantuan itupun terealisir, Minggu, sehari penuh. Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sulsel, almarhum pak Rahman Arge yang saat itu ikut juga mengambil SIM A, sangat mengapresiasi ‘kemitraan’ yang begitu cair ini. Tentu semua itu atas inisiatif pak Kasat Lantas.
Saya dan rekan alm. Syukri (Wartawan Foto) pun, dapat ‘jempol’ pak Ketua. Padahal, tugas kami berdua hanya menyampaikan ‘Salam’ pak Kasat, yang kini jadi ‘asset’ Sulsel, yang berhasil menjadi Jenderal.
Kedekatannya dengan Wartawan ternyata bukan waktu aktif saja. Buktinya, ‘Pung Bur’ saat ini lagi membina sejumlah awak dari media daring ‘Wartasulsel’, yang ownernya asli Orang Soppeng, Buchari Abu, S.Pd.
Saya sempat menyaksikan dan menyimak sambutan beliau, usai sambutan saya sebagai Ketua Dewan Penasehat PWI Provinsi Sulsel pada Anniversary 4th Wartasulsel di Dewi Sri, Sungguminasa, Gowa.
Maaf Jenderal, saya harus menulis ini, karena banyak orang tak tahu betapa dekat dan perhatiannya dengan teman teman se profesi saya.
Sehat, sukses dan samawaki selalu bersama keluarga tercinta. Salamakki tapada salama. (AP).