LEGIONNEWS.COM – INTERNASIONAL, Pasukan pengawal presiden (Paspampres) dipimpin Kolonel Amadou Abdramane, menggulingkan Presiden Niger Mohamed Bazoum dari kekuasaannya.
Beberapa jam setelah menahan sang Presiden, sekelompok tentara muncul di televisi nasional Afrika Barat pada Rabu (26/7/2023) malam.
Sembari membacakan pernyataan, Kolonel Amadou Abdramane duduk dan diapit oleh sembilan perwira lainnnya yang mengenakan seragam.
Dilansir Al Jazeera, pasukan bersenjata sebelumnya memblokade Istana Presiden di Niamey.
Kolonel itu mengatakan pasukan pertahanan dan keamanan telah memutuskan untuk “mengakhiri rezim karena situasi keamanan yang memburuk dan pemerintahan yang buruk”.
Para prajurit, termasuk anggota pengawal Presiden Bazoum disebut terlibat dalam negosiasi yang digambarkan “aman dan sehat”, meski pihak terkait tidak membagikan di mana lokasi pertemuan itu.
Abdramane mengatakan perbatasan negara ditutup dan semua institusi republik ditangguhkan, seperti dilansir The Guardian.
Tentara Niger pun mengumumkan jam malam nasional. Para prajurit memperingatkan terhadap intervensi asing.
Dalam sebuah pesan di aplikasi Twitter, yang kini berganti menjadi X, tentara di negara itu telah memberikan mereka ultimatum. Tentara akan menyerang jika mereka tak melunak.
“Tentara dan garda nasional siap menyerang unsur-unsur PG yang terlibat dalam perangai ini jika mereka tidak kembali ke watak yang lebih baik,” kata kepresidenan.
“Presiden dan keluarganya baik-baik saja,” tambahnya.
Belum diketahui pasti alasan kudeta dilakukan. Namun dilaporkan AFP, bahwa ada ketidakpuasan di anggota Paspamres ke presiden.
Perlu diketahui, Niger sebenarnya salah satu negara dunia yang paling tidak stabil. Negeri itu mengalami empat kudeta sejak merdeka dari Prancis pada 1960 serta berbagai upaya perebutan kekuasaan lainnya.
Kudeta terakhir negara itu terjadi pada Februari 2010. Di mana tentara menggulingkan presiden saat itu Mamadou Tandja.
Bazoum sendiri terpilih secara demokratis pada 2021 dan merupakan sekutu dekat Prancis. Sebelum pelantikannya, isu kudeta juga sempat menyeruak di mana beberapa orang ditangkap, termasuk tersangka biang keladi, seorang kapten angkatan udara bernama Sani Gourouza.
Ousmane Cisse, mantan menteri dalam negeri di bawah pemerintahan transisi militer yang berlangsung dari 2010-2011, kemudian juga ditahan karena dugaan perannya dalam percobaan kudeta. Maret tahun ini upaya kudeta namun gagal juga dilaporkan ketika presiden berada di Turki.
Namun sayang, pihak berwenang tidak pernah berkomentar secara terbuka tentang insiden tersebut.
Sementara itu, negara blok Afrika Barat yang tergabung dalam ECOWAS mengutuk peristiwa yang terjadi. ECOWAS dan komunitas internasional mengatakan akan menganggap semua yang terlibat, bertanggung jawab atas keselamatan presiden, keluarganya, anggota pemerintah dan masyarakat.
“ECOWAS mengutuk dengan keras upaya untuk merebut kekuasaan dengan paksa dan menyerukan komplotan kudeta untuk segera membebaskan presiden Republik yang dipilih secara demokratis dan tanpa syarat apa pun,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Uni Eropa (UE) juga mengecam setiap langkah untuk menumbangkan demokrasi di Niger. Hal sama juga ditegaskan Amerika Serikat (AS).
“Sangat prihatin dengan kejadian terkini di Niamey. UE mengutuk segala upaya untuk menggoyahkan demokrasi dan mengancam stabilitas Niger,” kata Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Josep Borrell memposting secara online.
“AS sangat prihatin dengan perkembangan hari ini di Niger. Kami secara khusus mendesak unsur pengawal presiden untuk membebaskan Presiden Bazoum dari penahanan dan menahan diri dari kekerasan,” kata AS.
Niger adalah negara kaya simpanan uranium terbesar di dunia, bahan utama dalam industri nuklir. Prancis, yang mendapatkan hampir semua listriknya dari pembangkit nuklir, mulai menambang uranium di Niger utara setengah abad yang lalu.
Negara ini juga menjadi produsen emas dan minyak skala kecil. Namun sebagian besar penduduknya hidup dari bertani.