Jurnalisme itu berkualitas jika mampu menampilkan realitas sosiologis, yaitu laporan langsung atau informasi dr pelaku2 yg hadir dlm peristiwa. Bkn berdasar pandangan otak subjektif seseorang yg disebut sbg pengamat, pejabat, atau apapun yg tdk hadir dlm peristiwa yg diberitakan. https://t.co/FzOzMEztFO
— Henry Subiakto (@henrysubiakto) November 13, 2021
LEGION NEWS.COM – Staf ahli Menkominfo Henry Subiakto perkenalkan istilah, “Jurnalisme Ludah” dilaman akun twitter milik-Nya. Sabtu, (13/11)
Istilah tersebut disampaikan oleh Staf ahli Menkominfo menanggapi berita Tempo.co berjudul ‘Rocky Gerung Sebut Pidato Jokowi saat Deforestasi Tak Punya Basis Data’.
Berita Tempo ini namanya jurnalisme ludah, buat berita tentang fakta hanya berdasar ludah atau omongan orang, yang tidak datang dan tidak ada di tempat kejadian. Hanya berdasar bayangan yang ada di otak pemilik ludah. Bukan berdasar realitas sosiologis dari pelaku-pelaku yang diberitakan yang ada disana tulisnya dilaman akun media sosial twitter.
Dia menambahkan dalam utasanya Jurnalisme itu berkualitas jika mampu menampilkan realitas sosiologis, yaitu laporan langsung atau informasi dari pelaku-pelaku yang hadir dalam peristiwa.
Bukan berdasar pandangan otak subjektif seseorang yg disebut sebagai pengamat, pejabat, atau apapun yang tidak hadir dalam peristiwa yang diberitakan.
Dikutip dari Tempo.co “20 menit sebelum Presiden Jokowi pidato, seluruh menteri Eropa sudah dapat breafing dari Greenpeace tentang data deforestasi Indonesia, jadi ketika presiden pidato orang bilang bohong-bohong,” ujar Rocky.