Koalisi Advokat Makassar Bela Masyarakat Rempang, Bethel: Belajar dari Sejarah Kedatangan VOC di Indonesia

FOTO: Spanduk bentuk dukungan
FOTO: Spanduk bentuk dukungan "Serdadu Om Bethel Law Investigasi" terletak di Jl. RA. Kartini, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

LEGIONNEWS.COM – MAKASSAR, Beredar spanduk di kota Makassar bertuliskan bentuk dukungan kepada warga di Pulau Rempang, Kepulauan Riau sejak Kamis siang, (21/9/2023).

Spanduk itu bertuliskan, “Koalisi advokat Makassar bela masyarakat Rempang” nampak sambungan kalimat itu tertuliskan, “Jangan ada Penyiksaan terhadap Rakyat. Perampok NKRI Kami Lawan.” Demikian bunyi tulisan seperti terlihat di Jalan RA. Kartini, Makassar persis berada didepan kantor Pengadilan Negeri Klas I Makassar.

Dalam spanduk itu nampak pesan disampaikan oleh “Om Bethel”

Saat dikonfirmasi Bethel sapaan lain Andi Jamal Kamaruddin Daeng Masiga membenarkan bahwa dirinyalah yang memasang spanduk itu.

Advertisement

“Ya benar saya yang pasang spanduk itu,” tutur Bethel. Kamis malam.

“Ini bentuk dukungan saya dan tentunya rakyat di bumi Celebes, khusus kota Makassar,” sambung mantan aktivis Telaga Nipa Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar ini.

Dia pun mengatakan bahwa tidak dapat dipungkiri bahwa masyakarat di Sulawesi Selatan masih punya pertalian dengan warga Melayu yang berdiam di Pulau Rempang.

“Tidak dapat dipungkiri itu, antara orang Bugis, Makassar, Luwu dan Mandar punya pertalian dengan masyarakat melayu,” beber Bethel.

“Kita ini cinta NKRI. Disanakan (Rempang) ada investasi besar yang masa kontraknya hingga 2080 mendatang. Sudah menjadi rahasia umum kalau negara China melakukan investasi dia selalu membawa tenaga kerjanya juga,” ujar dia.

“Apalagi Pulau Rempang ini berhadapan dengan laut Natuna. Kita tau perairan Natuna ini kan jadi kawasan konflik antara negara di kawasan Pasifik, Di perairan Natuna kan sudah ada pangkalan militer China disana, ini yang patut kita waspada,” kata Bethel.

Dia pun menjelaskan bahwa bangsa Indonesia punya pengalaman sejarah yang panjang dengan Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC).

“Sebelum ada namanya negara Indonesia kan terlebih dulu adanya Kerajaan di bumi Nusantara ini yang didatangi VOC dengan dalih berdagang rempah-rempah. Fakta nya setelah mereka melihat bumi Nusantara ini kaya akan rempah sikap tamak nya itu kemudian menjajah Nusantara,” imbuh Bethel.

“Saat ini ada kesamaan itu, yang terjadi saat ini. Kita lihat di Sulawesi Tenggara, ribuan TKA China disana. Yakin lah investasi senilai Rp 138 triliun di Pulau Rempang itu pasti mendatangkan lagi Tenaga Kerja Asing asal China unskill lagi. Itu sangat berbahaya, kenapa saya katakan demikian, di negara komunis itu bagi warga negara yang sudah berusia 17 tahun diwajibkan untuk ikut wajib militer di negara nya, coba pikirkan itu,” tegas Bethel.

Dia pun mengingatkan pemerintah Pusat dan Daerah, agar tidak hanya serta Merta bicara ekonomi tapi pertimbangkan sistem keamanan negara dalam berinvestasi.

“Dengan adanya UU Otonomi daerah kan Kepala daerah itu sudah seperti raja-raja di daerah. Ini sudah ada kemiripan seperti datangnya VOC ke tanah air beberapa abad lalu dengan dalih berdagang, sekarang namanya saja dibuat investasi ditambah lagi utang pemerintah itu sudah banyak ke negara komunis terbesar di dunia itu,” pungkas mantan aktivis mahasiswa UMI Makassar tahun 1987 di peristiwa ‘Amarah dan Helmet’

“Tak sanggup bayar. Ya sudah dapat dipastikan kita dalam tekanan negara komunis berpenduduk 1 milyar lebih itu. Mari sebagai anak bangsa untuk sama-sama memikirkan bangsa ini Kedepan, itulah tekad saya dalam membela tanah air ini yang kita cintai bersama. Ewako..!! Kunci Bethel

Advertisement