LEGION NEWS.COM JAYAPURA – Senin (23/9) kelompok teroris kriminal bersenjata KKB membakar gedung SD, Bank Papua, rumah warga, Puskesmas dan fasilitas umun di Kiwirok. Tidak hanya fasilitas umum, teroris KKB juga membantai para tenaga kesehatan yang bekerja di pedalaman Papua (Kiwirok) Pegunungan Bintang, saat melayani masyarakat pedalaman.
Tiba-tiba teroris KKB menyerang kawasan distrik Kiwirok dan melakukan tindakan kekerasan serta pembunuhan para Nakes yang saat itu sedang melayani masyarakat di pedalaman Papua.
Kisah tentang peristiwa pilu itu disampaikan serta diceritakan oleh Marselinus Ola Attanila (Korban).
Secara utuh atas kejadian naas yang menimpa dirinya beserta rekan-rekan kerja saat melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di kampung. Dilansir dari teraspapua.com
Marselinus Ola Attanila mantri mengisahkan peristiwa tersebut saat tiba di Jayapura usai di evakuasi dari di Distrik Kiwirok Kabupaten Pegunungan Bintang, Dia tak menyangka akan menjadi korban keganasan kelompok separatis teroris Papua.
Ia yang sudah satu setengah tahun mengabdi di Papua malah menjadi korban pembantaian. Beruntung, ia berhasil selamat setelah peristiwa penyerangan tenaga medis dan pembakaran di Kiwirok terjadi pada Senin (13/9/2021) lalu.
Kisah pembantaian sadis oleh kelompok teroris separatis kepada tenaga medis di wilayah itu diceritakannya dengan detil sambil sesekali meneteskan air mata.
Ia mengatakan, pihaknya sudah mengetahui akan adanya penyerangan dari kelompok tersebut kepada pos aparat TNI-Polri di wilayah itu.
Bersama nakes lainnya, ia dimintai warga agar tetap berada di tempat untuk melakukan perawatan bila ada korban.
“Berawal pada pukul 07.00 WIT, setelah mendapat informasi itu kami nakes mengambil langkah bijak untuk tetap tenang di dalam barak medis dan Puskesmas.
Kami siap sedia melayani jika ada korban,” ujar Marselinus Ola di Makodam Cenderawasih sesaat setelah tiba, Jumat (17/09/2021).
Sekitar pukul 9.00 WIT ia mendengar letupan senjata di Pos TNI Kiwirok yang berada di ketinggian.
Karena merasa tak akan menjadi sasaran, dirinya dan nakes lainnya tetap memilih menjalankan tugas.
“Pukul 9.05 WIT keadaan berbalik, KKB memukul kaca puskesmas, melempari gedung puskesmas dan mulai menyiram bensin dan melakukan pembakaran pertama. Hanya beberapa saat saja, mereka kembali merusak dan membakar barak dokter yang berada di sebelah Puskesmas Kiwirok,” katanya.
Di dalam barak tersebut, terdapat lima tenaga medis yaitu dr. Restu Pamanggi, mantri Lukas Luji, suster Siti Khodijah dan mantri Martinus Deni Satya.
KKB kemudian semakin brutal dan menyerang petugas yang berada di barak dokter.
“Dokter dan petugas lainnya memilih keluar. Mereka berhamburan lari terpisah,” katanya lagi.
Saat mencoba menyelamatkan diri, dokter Restu Pamanggi ditangkap dan dianiaya kemudian ia digiring ke jurang dan ditendang ke arah jurang.
Ia berhasil selamat dengan kondisi patah tangan.
Tak sampai di situ, kelompok separatis yang dipimpin Lamek Taplo ini kembali menuju barak medis lainnya dan melakukan pengrusakan dan pembakaran.
Di dalam barak tersebut terdapat 6 tenaga medis termasuk dirinya dan almarhumah Suster Gabriella.
Melihat kondisi yang sangat mengancam nyawa, ia meminta tiga suster bersama dirinya untuk keluar.
“Mereka karena perempuan dan terlalu takut sehingga memilih tetap di dalam barak. Makin lama asap makin tebal, saya memilih untuk berlindung bersama suster yang ada di dalam kamar mandi,” ungkapnya.
Tak tahan dengan kondisi nyala api yang semakin besar, ia bersama korban lainnya memberanikan diri untuk keluar dari barak tersebut.
Namun, saat menyelamatkan diri ke depan barak, KKB dengan brutal ingin menyerang dirinya.
Ia selanjutnya berbalik arah dan mencoba lari ke arah jurang di belakang barak.
“Di situ juga ada KKB dengan senjata, kami lalu selamatkan diri ke rumah warga. Mereka juga ada di situ, kami sembunyi di WC rumah warga tapi mereka bakar juga, mereka makin brutal dan kemudian membakar pasar, rumah distrik dan fasilitas lain.
Kami keluar dari kamar mandi warga dan selamatkan diri ke arah jurang dan tanpa pikir panjang kami lompat ke jurang,” jelasnya lagi.
Mantri Ola pun tak mengira, saat tiba di jurang KKB masih melakukan pengejaran terhadap ia dan kedua rekannya.
Beruntung, ia tersangkut di akar pohon dan bersembunyi. Sementara suster Gabriella, suster Kristina Sampe dan Suster Katriyanti Tandila yang sempat tersangkut malah ditangkap KKB.
“Mereka menelanjangi ketiga suster dan mulai menganiaya ketiganya,” ucapnya sambil menahan air mata.
Ketiga korban pingsan dan kemudian dibuang kejurang kembali.
Tak sampai di situ saja, kelompok tersebut mengikat para korban dan kembali menganiaya dan membunuh suster Meilan.
Saat kejadian itu, tenaga medis lainnya yang tadinya berada di barak dokter juga berusaha menyelamatkan diri ke Pos TNI Kiwirok.
“Paman Geral Sukoi yang lari bersama dokter sampai saat ini belum ditemukan,” singkatnya.
Setelah situasi dilihatnya mulai aman, ia kemudian memilih untuk keluar dari tempat persembunyiannya dan mengamankan diri ke pos Kiwirok bersama tenaga medis lainnya yang selamat. [LN/TP]