Diary: Andi Pasamangi Wawo
HARI ini saya lagi tunggu fardhu Ashar, santai di Pendopo halaman rumah ditiup angin. Seorang teman lama datang. Beliau ‘kakak’ saya di dunia kewartawanan Tapi dulu tahun 80an, hampir tak pernah lepas berdua keliling bertugas ke daerah pelosok Sulsel bahkan kadang tembus Sulteng pakai Hardtop saya. DD 2 KB atau DD 1 BB milik pak Andi Tonra Mahie, Pimpinan kami berdua di Suratkabar Pos Makassar, Koran “Masuk Desa”nya seorang tokoh Pers mantan Ketua PWI Sulsel beberapa periode almarhun RAHMAN ARGE, yang dapat subsidi dari Pemerintah Pusat lewat Departemen Penerangan.
Saya kagum dengan penampilannya yang tetap awet dalam usia 76 tahun masih bugar. Kadang, ceritanya, masih biasa nyetir sendiri Pajero sport anaknya ke kampung.
Lama baru bertemu namun medsos akrabkan hubungan silaturahmi bersamanya. Kami bernostalgia ‘romantisme dan humor” yang selama ini mampu menjaga keakraban sebagai penyemangat selama berpuluh tahun, termasuk hubungan almarhum orangtua kami berdua. Disaksikan mantunya, suami ananda Dewie Chik dan Pak Ir Arwin Wajid,M.Si, Penyuluh PPL Dinas Pertanian Kabupaten Maros, yang tugas dekat rumahnya, di Moncongloe.
Endingnyai, sahabat yang juga keluarga saya ini sangat berharap keterlibatan saya menyelesaikan masalah internal mantan “suhu” kami berdua yang sudah masuk ranah hukum.
“Saya sangat cemas dan prihatin, disaat kita tua harus hadapi kasus yang menimpa senior kita yang dilapor oleh teman seprofesi”, tutur mantu Datu Coa Soppeng ini, sambil berharap saya ‘turuntangan’ sesuai kapasitas saya sebagai Ketua Dewan Penasihat di PWI Sulsel.
Kunjungan mendadak ‘calon’ Ketua Dewan Penasihat PWI Kabupaten Soppeng, pak A. Hasan Sultan yang tammatan APDN 70an tapi lebih memilih berkiprah di dunia Jurnalistik dibanding jadi birokrat di Pemerintahan ini, seolah menghentak dan ‘menggelitik’ nurani jauh di lubukhati.
Saya tahu itu masalah pribadi. Namun saya berdoa semoga amanah ini bisa disambut ‘positif’ beliau berdua yang lagi bertikai dan saling melapor. Aamiin Ya Rabb, Terimakasih kunjungan ta, Deng.