Kepulangan dan Kerinduan yang Tertunaikan, Mengenang Sukmayadi Penulis Opini ‘Melayat’

Pengamat Politik dan Analis Profetik Institute Sukmayadi Maeruddin.
Pengamat Politik dan Analis Profetik Institute Sukmayadi Maeruddin.

Penulis: Anugerah Amir, SS., M.I.Kom.

LEGIONNEWS.COM – Suatu hari saya membaca sebuah tulisan opini yang fenomenal dan banyak dibaca berjudul “Melayat”, dan penulisnya adalah sahabat saya, teman diskusi, teman ngopi saya dan kawan bertukar pikiran yang sangat cerdas dalam mengartikulasikan setiap buku-buku yang telah dilahapnya, dan kemarin sayapun Melayat ke rumahnya.

Tersentak, terhenyak, merinding dan begitu shock begitu mendapatkan berita dari kawan terdekat ku dan kawan terdekat sahabat saya itu menyampaikan bahwa “saudara kita SUKMAYADI meninggalkan kita pagi ini pukul 10.00. WITA”.

Yang terbayang adalah saya akan kehilangan seorang aktivis, pemikir yang revolusioner, teman diskusi yang mencerahkan dengan ide-ide dan opini-opini yang selalu menggelitik rasa ingin tahu saya dan kawan-kawan lainnya untuk selalu membaca-membaca dan menggali berbagai informasi tentang kehidupan manusa, baik secara teoritik maupun realitas.

Advertisement

Referensinya selalu kuat, harus saya akui bahwa sebagian buku-buku yang saya baca adalah rekomendasi dari beliau.
Kembali saya merasakan getaran yang lirih dari peristiwa yang kemudian membawa saya menuju “Melayat” dan kali ini saya melayat sahabat dekat yang seperti saudara saya yang menulis opini berjudul “Melayat” yang seperti sebuah artikel sebab membawa kita kembali pada penjelasan sebuah tradisi yang baik berkunjung dan melihat serta mengingatkan kita bahwa kematian adalah sebuah keniscayaan bagi semuanya.

Sepanjang jalan menuju Melayat saudara kita SUKMAYADI saya merasakan hal yang sebenarnya juga dialami kawan-kawan yang mengenal beliau baik itu di meja-meja warkop atau diruang-ruang diskusi maupun diruang kebersamaan yang tanpa simbol. Kita pernah tertawa kecil, sedang hingga tertawa besar karena hal-hal yang diungkap sederhana oleh beliau.

Dia selalu berbagi segala kebahagiaannya bahkan kebahagiaan-kebahagiaan kecil pun dia bagikan ke kita di ruang-ruang kebersamaan. Semua terkenang kawan…., semua teringat dan menyentuh kesadaran ku untuk meneteskan air mata, meski saya harus menyeka air mata sesegera mungkin sebab di sampingku ada anak ku yang kecil yang bertanya “kenapa bapa’…?” Saya pun berusaha memanggil kembali beberapa simpanan memori yang menguatkan rasa sedih kehilangan beliau, di siang hari saat sebagian besar orang di kota ini bekerja dengan aktivitas pencarian rejeki, kami duduk di sisi terbuka sebuah Cafe, sambil membuka-buka Tablet ditangannya, beliau mengatakan “Anjas….., manusia itu memiliki Genom atau keseluruhan informasi genetik yang dimiliki suatu sel atau organisme, terdiri dari 32 kromosom dan itulah yang menjadi unsur awal pembentuk manusia” lalu saya menyetopnya dan bertanya “dimana ko lagi dapat itu” diapun mengatakan “bacako bukunya GENOM” karangan Matt Ridley”, lalu diam-diam saya mencari buku tersebut dan menghabiskan liburan Ramadhan membaca dan menamatkan buku tersebut. Terima kasih sahabat ku SUKMAYADI. Kamu selalu mau berbagi ilmu, kamu selalu yang terbaik dalam mendorong rasa ingin tau ku diusia yang tak lagi muda ini.

Dilain waktu di meja sunyi sebuah Cafe disekitaran kawasan Boulevard Makassar, kami sedang berbincang-bincang santai, beliau menyampaikan suatu pelajaran berharga di jaman serba big data saat ini, belau mengatakan bahwa “apalagi yang tidak tergantikan oleh artificial intelligence kawan kecuali Ruh manusia, semua sudah bisa diretas dengan pendekatan algoritma kehidupan.

Saat itu beliau menyinggung beberapa kawan lalu kemudian kami tertawa sedang bersama sambil kembali menyeruput kopi pahit sedang seperti sedang nya ukuran tawa kami, mungkin karena keramaian Cafe juga lagi sedang-sedang saja. Dan dimalam hari setelah semua kawan-kawan telah menyelesaikan aktifitas siangnya, kita kembali berkumpul di Cafe tadi, dan tawa kita pun meningkat dari tawa sedang menjadi lebih tinggi, itu semua karena celetukan-celetukan beliau.

Ruang rindu ini seperti tak sanggup menampung berbagai kebersamaan kita. Selamat jalan kawan, saudara, sahabat SUKMAYADI kau telah mendahului kami, namun seperti yang selalu kamu bilang bahwa “Manusia bukan berusaha mencari kebahagiaan, melainkan mencari alasan untuk menjadi bahagia” kamu menginspirasi saya membaca buku yang kemudian sangat saya hargai, kutipan diatas kutemukan dalam sebuah buku dan saya semakin yakin bahwa kamu memang cerdas dan kutu buku.
Selamat jalan saudara, meski beberapa pekan ini kita di front yang berbeda dalam memperjuangkan ide-ide kita melalui kontestasi politik kawan, sahabat dan senior yang lebih tua dari kita, namun saya selalu menghargai dan menghormati setiap pikiran-pikiran yang senantiasa kamu bagi bersama kita semua.

“Kekuatan di luar kendalimu dapat merampas segala milikmu kecuali satu hal, kebebasanmu untuk memilih caramu menanggapi sesuatu.”

Selamat saudara ku SUKMAYADI, Kerinduan Pencipta terhadapmu telah sampai, begitupun saya meyakini engkau merindukan kedamaian hakiki ini. Doa kami dan setiap kebaikan mu akan melapangkan jalan mu di sana. Amin YRA. AL FATIHA untuk mu.

Advertisement