KemenPPPA dan Profetik Institute Gelar Fokus Group Diskusi

FOTO: Kementerian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak Republik Indonesia melakukan Fokus Group Diskusi (FGD) kerjasama dengan lembaga Profetik Institute bertempat di Cafe Redcorner bilangan Yusuf Daeng Ngawing, Senin (19/09/2022).
FOTO: Kementerian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak Republik Indonesia melakukan Fokus Group Diskusi (FGD) kerjasama dengan lembaga Profetik Institute bertempat di Cafe Redcorner bilangan Yusuf Daeng Ngawing, Senin (19/09/2022).

MAKASSAR – Kementerian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak Republik Indonesia melakukan Fokus Group Diskusi (FGD) kerjasama dengan lembaga Profetik Institute bertempat di Cafe Redcorner bilangan Yusuf Daeng Ngawing, Senin (19/09/2022).

FGD menghadirkan narasumber Dr. Ulfah Mawardi, M.Pd selaku Staff khusus Kementerian PPA, M. Asratillah selaku Direktur Profetik Institute dan Muslimin, SH selaku kepala UPT PPA kota Makassar dan peserta berasal dari berbagai latar belakang ada dari aktifis Organisasi, lembaga bantuan hukum, akademisi dan mahasiswa pascasarjana .

Dalam FGD itu, Ulfah menuturkan, terungkap bahwa kekerasan dan pelecehan seksual yang di alami korban baik anak maupun perempuan sudah menjadi ancaman negara, karena paparan kasusnya sudah pada tingkat yang sangat mengkhawatirkan karena di Indonesia kasusnya sudah mencapai 18.243.

Ulfah menyebutkan, dari 18.243 terjadi varian kasus yang motifnya beraneka ragam sehingga penanganannya juga berbeda, Ia menekankan bahwa perlu pelibatan semua stakeholders, terutama peran orang tua dan keluarga dalam menjaga anak-anak Indonesia agar bisa terbebas dari tempat tindak kekerasan seksual anak tersebut di lembaga pendidikan dan tempat domestik lainnya, seperti mesjid, panti asuhan, pesantren serta tempat lainnnya.

Advertisement

Ia menutup paparannya dengan menstressing bahwa sudah saatnya seluruh elemen masyarakat mengambil peran yang strategis untuk melawan kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan.

Sementara itu, M. Asratillah Senge selaku direktur Profetik Institut menekankan perlunya survey yang secara rutin di lakukan atas tindakan kejahatan pelecahan seksual terhadap anak dan perempuan, kalau perlu survey secara reguler dengan demikian paparan data korban kekerasan tersebut bisa terjamin dan assessment penanganan kasusnya juga dapat secara tepat di tindaki.

Asratillah mengusulkan agar kementerian PPA membuat sebuah SOP penanganan kasus secara komprehensif dan integral, dan lembaga Profetik Institute siap bersinergi untuk memberikan masukan kepada kementerian PPA.

Selain itu, Muslimin , SH selaku kepala UPTD PPA , pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak kota Makassar menegaskan bahwa kekerasan dan pelecehan seksual kepada perempuan di kota Makassar trendnya semakin meningkat dari tahun ke tahun sehingga menjadi ancaman bagi siapa saja dan keluarga mana saja.

Mimin menegaskan bahwa program dan metode penanganan kasus di kota Makassar sudah semakin baik, tetapi butuh keterlibatan semua pihak terutama aktifis organisasi kepemudaan, aktifis perempuan dan stakeholders Advokasi seperti lembaga bantuan hukum dan kelompok kelompok advokat di kota Makassar.

Mimin menekankan kasus pelecehan seksual dan kekerasan kepada anak dan perempuan ibarat gunung es, secara data masih sedikit tapi besar kemungkinan banyak yang tidak terekspose, untuk itu UPTD PPA selain menerima pengaduan secara verbal juga melayani pengaduan via online, medsos dan melalui media lainnya, karena korban pelecehan seksual dan tindak kekerasan itu kadang kadang sangat tertutup dan mau menceritakan hal menimpanya, diperlukan juga konselor teman sebaya dan metode penggalian informasi lainnya , tutup muslimin.

Acara FGD yang dipandu oleh Muhammad Askar, SKM selaku sekretaris BKNDI SULSEL dan antusias para peserta dalam merespon penyajian materi sangat luarbiasa, bahkan ada puluhan pertanyaan dan masukan yang disampaikan oleh para peserta FGD untuk merespon masalah kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan tersebut atas paparan materi yang di sampaikan oleh narasumber.

Advertisement