SURABAYA – Hendak meliput rencana penyegelan diskotek Ibiza, di Jalan Simpang Dukuh, Jumat Siang (20/1). Terjadi Aksi kekerasan terhadap wartawan kembali terjadi. Lima orang wartawan di Surabaya jadi korban pengeroyokan oleh belasan orang yang diduga anggota organisasi masyarakat (Ormas).
Kelimanya menunggu pihak Satpol PP dan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk melakukan wawancara usai dilakukan penyegelan diskotek Ibiza, Jumat itu.
Para awak media yang menjadi korban kekerasan dan intimidasi tersebut diantaranya Firman Rachmanudin dari inews.id, M. Rofik dari lensaindonesia.com, Anggadia Muhammad dari beritajatim.com, Ali Masduki fotografer inews.com dan Didik Suhartono fotografer LKBN Antara.
Anggadia mengungkapkan, kejadian pengeroyokan tersebut terjadi saat dirinya bersama rekan-rekannya akan meliput rencana penyegelan diskotek yang berada di lantai 5 gedung Andika Plaza di Jl Simpang Dukuh 38-40, Kecamatan Genteng oleh Satpol PP dan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Ketika itu, sambil menunggu petugas Satpol PP dan DPMPTSP Jatim keluar dari gedung Andika Plaza untuk diwawancarai, Anggadia, Rofik, Ali dan Didik menepi di sebelah warung kopi yang letaknya tepat berada di seberang jalan.
Tiba-tiba ada seorang perempuan yang diduga dari pihak diskotek atau rekan dari oknum anggota Ormas tersebut beteriak memanggil Anggadia dan rekan-rekannya untuk naik ke diskotek untuk bertemu dengan seseorang bernama Wahyu.
“Saat itu ada seorang perempuan yang tidak diketahui identitasnya berteriak menyuruh kami naik ke lantai 5 untuk menghadap Pak Wahyu. Tapi kami menolak karena kami ingin mewawancarai petugas Satpol PP dan DPMPTSP. Penolakan itu disampaikan oleh Rofik. Perempuan itu lalu marah-marah. Kami disebutnya arogan lantaran menolak perintah naik ke lantai lima,” ungkap Anggadia setelah membuat laporan di SPKT Polrestabes Surabaya.
Berselang sekitar 30 menit kemudian, tiga wartawan, Angga, Firman dan Rofik mulai bersiap melakukan wawancara secara doorstop (wawancara pengadangan). Ketiganya menunggu di bawah lift lantai bawah.
“Saat kami berada di depan lift itu, kami kembali diajak naik untuk menemui seseorang bernama Wahyu. Kami tetap menolak karena kami ingin mewawancarai doorstop dengan pihak dinas yang akan melakukan penyegelan,” imbuhnya.
Karena petugas Satpol PP dan DPMPTSP belum turun, sekitar pukul 15.00 WIB, Rofik menyempatkan diri menghampiri warkop dengan maksud mengajak fotografer Didik dan Ali standby di depan lift untuk wawancara doorstop.
Saat menuju warkop itu, Rofik mengaku mendengar provokasi lagi dari perempuan yang berteriak memanggil tadi. Karena perempuan tersebut terus memprovokasi, Rofik pun berusaha menyampaikan maksud kedatangannya, yaitu wawancara dengan petugas yang hendak melaksanakan penyegelan.
Tetapi, perempuan tersebut malah bicara sambil teriak-teriak sehingga memancing reaksi belasan oknum anggota Ormas yang keluar dari gedung diskotek.
Belasan orang tersebut lantas menghampiri Rofik yang posisinya berada di depan Warkop. Empat orang diantara mereka pun langsung menyerang dengan memukul wajah dan badan Rofik.
Melihat Rofik dikeroyok, Didik pun lantas memotret kejadian itu. Namun beberapa oknum anggota Ormas tersebut langsung menghalangi Didik. Salah satu dari mereka lantas menutup lensa kamera Didik dengan tangannya. Didik diminta tidak terus memotret.
Karena merasa terintimidasi, fotografer Antara itu pun memasukkan kameranya ke dalam tas. Namun setelah itu Didik yang sedang berada di atas motor lantas ditendang dan di pukul dengan helm.
“Mas Didik juga ditendang di bagian kaki kanan dan dipukul helm di tangan kanan,” ungkap Anggadia.
Karena dikeroyok dan jumlah oknum massa Ormas terus bertambah, sekitar pukul 15.20 WIB, lima jurnalis tersebut pun terpaksa membatalkan rencana meliput kegiatan penyegelan Discotek Ibiza. Mereka langsung meninggalkan lokasi untuk membuat laporan ke SPKT Polrestabes Surabaya. (Sumber: rmol)