
Oleh: Achmad Firdaus H.
Mahasiwa Doktor Hubungan Internasional dari University People’s Friendship of Russia
LEGIONNEWS.COM – OPINI, Presiden Prabowo Subianto telah menorehkan babak baru dalam politik luar negeri Indonesia melalui kunjungannya ke Rusia untuk menghadiri Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg (SPIEF) 2025.
Langkah ini bukan sekadar kunjungan protokoler, melainkan cerminan nyata dari pendekatan diplomasinya yang tegas, pragmatis, dan berorientasi pada kepentingan nasional di tengah gejolak geopolitik global.
Di bawah kepemimpinan Prabowo, Indonesia tetap mengusung prinsip “bebas-aktif”, tetapi dengan nuansa yang lebih realistis dan berani dibanding era sebelumnya.
Kunjungan ke Rusia menunjukkan bagaimana Prabowo tidak ragu untuk berhadapan dengan tekanan Barat demi mengejar kepentingan nasional. Pertemuan dengan Presiden Vladimir Putin tidak hanya bersifat seremonial, tetapi menghasilkan pembicaraan konkret tentang kerja sama energi, pangan, dan pertahanan.
Indonesia membutuhkan pasokan minyak, gas, dan pupuk dengan harga stabil, sementara Rusia mencari mitra baru di tengah sanksi Barat.
Prabowo tampaknya memahami betul bahwa diplomasi harus memberikan manfaat nyata bagi rakyat. Dalam pertemuan tersebut, dibahas jaminan pasokan energi dan pupuk dari Rusia yang sangat vital bagi stabilitas ekonomi Indonesia.
Selain itu, wacana pengembangan PLTN skala kecil (SMR) dengan teknologi Rusia menunjukkan visi jangka panjang pemerintah dalam ketahanan energi. Di sisi pertahanan, meski terhambat sanksi Barat, pembicaraan tentang alutsista Rusia seperti Sukhoi Su-35 tetap menjadi opsi untuk memperkuat postur pertahanan Indonesia.
Namun, langkah berani Prabowo tidak lepas dari risiko. Usulannya tentang gencatan senjata dan referendum di Ukraina menuai kontroversi, karena dianggap bisa melegitimasi posisi Rusia. Di sisi lain, kedekatan dengan Moskow berpotensi menimbulkan ketegangan dengan negara-negara Barat yang selama ini menjadi mitra penting Indonesia.
Tantangan terbesar Prabowo adalah menjaga keseimbangan yang tepat – memanfaatkan peluang dari Rusia tanpa mengorbankan hubungan dengan kekuatan global lainnya.
Yang menarik, pendekatan Prabowo terhadap Rusia tidak berarti mengabaikan hubungan dengan negara lain.
Terhadap AS, Indonesia tetap membuka ruang kerja sama tetapi menolak tekanan dalam isu-isu sensitif. Dengan China, Prabowo menjaga hubungan ekonomi sambil tetap waspada terhadap klaim teritorial di Laut China Selatan.
Di tingkat regional, Indonesia berusaha mempertahankan peran sentralnya di ASEAN meski belum menunjukkan terobosan berarti.
Kunjungan ini pada dasarnya menunjukkan bahwa Prabowo sedang menulis ulang aturan diplomasi Indonesia. Dia tidak takut mengambil langkah-langkah tidak populer jika dianggap menguntungkan kepentingan nasional. Prinsip bebas-aktif tetap dipegang, tetapi dengan interpretasi yang lebih fleksibel dan pragmatis. Fokus utamanya jelas: keamanan energi, stabilitas pangan, dan penguatan posisi strategis Indonesia di panggung global.
Pertanyaan besarnya adalah apakah strategi ini akan membawa keuntungan jangka panjang atau justru membuat Indonesia terjebak dalam persaingan kekuatan besar. Diplomasi memang selalu tentang kalkulasi risiko dan manfaat. Prabowo tampaknya memilih untuk bermain di wilayah abu-abu – tidak sepenuhnya memihak blok mana pun, tetapi juga tidak ragu mengambil manfaat dari semua pihak.
Dalam lima tahun ke depan, kita akan melihat apakah pendekatan ini berhasil membawa Indonesia pada posisi yang lebih kuat, atau justru menghadapi isolasi diplomatik. Yang pasti, kunjungan ke Rusia telah mengirimkan pesan jelas kepada dunia: di bawah Prabowo, Indonesia tidak akan menjadi penonton pasif dalam percaturan geopolitik global.
Politik luar negeri memang bukan tentang hitam atau putih. Di dunia yang semakin terfragmentasi, mungkin justru diplomasi realistis ala Prabowo inilah yang dibutuhkan Indonesia untuk tetap berdiri tegak di antara raksasa-raksasa global yang saling bersaing.
Secara keseluruhan, politik luar negeri Presiden Prabowo Subianto adalah perpaduan keseimbangan yang dinamis antara tradisi dan inovasi. Kunjungannya ke Rusia adalah ilustrasi sempurna dari strategi ini: dengan tetap memegang teguh prinsip “bebas aktif,” Prabowo membawa pendekatan yang lebih pragmatis, berorientasi pada kepentingan ekonomi dan keamanan nasional, serta lebih proaktif dalam menjalin kemitraan strategis di kancah global yang berubah cepat.
Ini adalah strategi untuk memastikan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi pengamat, tetapi juga pemain kunci yang mampu memanfaatkan peluang dan menghadapi tantangan di panggung dunia, demi mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 yang berdaulat, mandiri, dan makmur.