Kapolda Sulsel di Jabat Irjenpol Merdisyam, Aktivis GAM Anrias Ado Selaku Putra Sultra “Kecewa”

MAKASSAR || Legion News- Mutasi dilingkup jajaran Kepolisian Republik Indonesia (Polri) kembali bergulir untuk kesekian kalinya. Mutasi ini tak lepas dari lingkup Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Selatan.

Berdasarkan Surat Telegram Nomor ST/2247/VIII/KEP./2020 Tanggal 03 Agustus 2020, Kapolda sebelumnya Irjen. Pol. Drs. Mas Guntur Laupe, S.H., M.H. memberikan tongkat estafet komando kepada Irjen Pol. Drs. Merdisyam, Msi yang sebelumnya menjabat sebagai Kapolda Sulawesi Tenggara.

Sebagai Nahkoda baru dijajaran Polda Sulsel, banyak dukungan dan ucapan selamat yang berdatangan dari sejumlah kalangan, baik dari organisasi kemahasiswaan maupun dari organisasi masyarakat.

Namun bagi salah satu aktivis di Kota Makassar, Anrias Ado mengaku tidak terlalu bahagia atas pergantian Nahkoda Polda Sulsel.

Advertisement

Menurut Anrias Ado yang salah satu Aktivis Gerakan Aktivis Mahasiswa (GAM), “Secara Pribadi, jujur ! Saya tidak terlalu senang atas rotasi Pimpinan Polda ini. Apalagi, Irjenpol Merdisyam yang menjabat di Polda Sulsel. Diingatan saya masih segar, selama kepemimpinan beliau di Polda Sultra pemukulan sampai penembakan yang berujung pada kematian aktivis sangat marak di Bumi Anoa,” beber Andrias, Rabu (05/08).

Diketahui, pada saat terjadi gelombang aksi unjuk rasa besar-besaran mahasiswa yang terjadi hampir di seluruh daerah pada bulan September tahun 2019 Menolak RUU KUHP yang tidak pro rakyat, pada aksi unjuk rasa di sulawesi tenggara 2 mahasiswa tewas akibat akibat kebrutalan oknum aparat Polda Sultra pada saat melakukan pengamanan aksi unjuk rasa mahasiswa.

Diketahui 2 mahasiswa La Randy (21) Mahasiswa Universitas Haluoleo (UHO) dan Yusuf (19) tertembak pada saat melakukan aksi unjuk rasa didepan DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara. “Tentu dengan hal ini, saya selaku Mahasiswa asal Bumi Anoa Sulawesi Tenggara yang domisili di Sulawesi Selatan, tepatnya di Kota Makassar merasa was-was, tidak bisa dipungkiri jangan sampai kejadian tersebut terulang di Tanah Daeng.

“Apalagi, Bulan Juli kemarin salah satu Kader Gerakan Aktivis Mahasiswa (GAM) Emen Lahuda mendapatkan tindakan represif aparat Polres Wakatobi pada saat Aksi Unjuk Rasa Transparansi BST di depan Kantor Dinas Sosial Kab. Wakatobi” Tutup Ado sapaan akrabnya. (rls*)

Advertisement