PEMERINTAH – Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko, mengatakan perlunya demokrasi dan stabilitas yang harus berjalan seimbang dan dikelola dengan baik.
Bila tidak tentu akan berdampak. Jika satu dari dua hal itu mendominasi, maka akan terjadi kesenjangan dan berpotensi memunculkan kerusuhan.
“Pendekatan-pendekatan yang bersifat keras, kasar, bahkan adu domba hanya merugikan kita semua,” kata Moeldoko sebagaimana keterangan tertulis diterima di Jakarta, Selasa, 13 Desember 2022.
Mantan panglima TNI ini juga menekankan bahwa tahun politik menjelang pemilu 2024 harus dikelola dengan pendekatan cinta kasih yang menitikberatkan pada perilaku politik baik dan terpuji.
Bahkan Moeldoko mencontohkan seperti yang terjadi di Timur Tengah.
“Contohnya di Timur Tengah, ketika demokrasi dan stabilitas tidak terkonsolidasi dan terjaga, yang terjadi justru situasi yang tidak kondusif,” kata Moeldoko.
Dia mengaku berpengalaman menghadapi berbagai dinamika menjelang tahun politik saat menjabat sebagai panglima TNI pada 2013-2015.
Hal itu diutarakannya usai Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko menerima audiensi Pengurus Wilayah Aceh Majelis Pengkajian Tauhid Tasawuf Indonesia di Gedung Bina Graha,
Moeldoko juga meminta kepada Jamaah Majelis Pengkajian Tauhid Tasawuf Indonesia dan seluruh kalangan masyarakat untuk ikut berkontribusi menciptakan tahun politik yang kondusif dengan penuh cinta kasih.
Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, katanya, butuh keterlibatan dan doa dari seluruh kalangan masyarakat.
Indonesia akan menggelar pemilu secara serentak pada 14 Februari 2024 untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR, DPD, dan DPRD periode 2024-2029. Selanjutnya pemilihan kepala daerah pada 27 November 2024. (Sumber: viva)