LEGIONNEWS.COM – Di tengah isu reshuffle Presiden Prabowo Subianto memanggil Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (BGS) ke Istana Kepresidenan Jakarta pada Selasa (3/6) kemarin.
Sejak saat itu, isu reshuffle itupun berhembus ditengah publik, Terutama diberbagai platform media sosial.
Budi Gunadi dikenal sangat kontroversial dalam membuat pernyataannya diberbagai kesempatan.
Usai bertemu dengan Prabowo, Budi sempat ditanya wartawan soal kemungkinan kena reshuffle dari Kabinet Merah Putih.
Kendati begitu, Budi tidak bicara gamblang mengenai rumor tersebut.
Ia menekankan bahwa reshuffle sepenuhnya merupakan hak prerogatif presiden.
“Itu haknya beliau. Tanya beliau ya,” kata Budi kepada media.
Ia juga enggan menjawab secara jelas apakah mendapat teguran dari Prabowo imbas beberapa pernyataannya yang kontoversial beberapa waktu lalu.
Berikut Pernyataan Kontroversial BGS
Dilansir dari Kompas.com, Rabu (14/5/2025), saat menghadiri acara peluncuran tiga layanan kesehatan baru bersama Gubernur Jakarta, Pramono Anung pertengahan bulan ini, Budi sempat mengatakan, ukuran lingkar pinggang sebagai indikator kesehatan.
Menurutnya, batas lingkar pinggang yang ideal untuk pria adalah di bawah 90 cm, sedangkan wanita di bawah 80 cm.
“Laki-laki kalau beli celana jeans masih di atas 32-33. Ukurannya berapa celana jeans? 34-33 sudah pasti obesitas. Itu menghadap Allahnya lebih cepat dibandingkan yang celana jeansnya 32,” jelas Budi.
Tanpa bermaksud body shaming, ia mengingatkan masyarakat untuk memperhatikan berat badan agar tidak terkena penyakit berisiko, serta berumur panjang.
Orang Bergaji Rp 5 Juta Kurang Pintar
Dilansir dari Kompas.com, Sabtu (17/5/2025), beberapa hari kemudian, saat agenda “Double Check” di Jakarta Pusat, Budi Gunadi kembali mendapat sorotan lantaran menganggap masyarakat bergaji rendah kurang pintar.
Hal ini bermula saat Budi mengatakan bahwa masyarakat Indonesia harus mencapai pemasukan Rp 15 juta per bulan untuk menjadi negara maju pada 2045.
“Apa sih bedanya orang yang gajinya Rp 15 juta sama Rp 5 juta? Cuma dua, pasti lebih sehat dan lebih pintar. Kalau dia enggak sehat dan enggak pintar, enggak mungkin gajinya Rp 15 juta, pasti Rp 5 juta,” ujarnya.
Namun, ia mengaku tidak berniat untuk membanding-bandingkan masyarakat. Sebab, ucapan itu sebenarnya ditujukan untuk mendorong peningkatan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat.
Sebut “Jokowi bos saya”
Dilansir dari Kompas.com, Jumat (11/4/2025), Budi Gunadi juga pernah mengaggap Presiden ke-7 RI Joko Widodo sebagai bosnya. Pernyataan ini diungkapkannya saat silaturahmi ke kediaman Jokowi pada Jumat (11/4/2025) saat momen lebaran
Pada saat itu, Menkes mengaku silaturahmi ke rumah Jokowi karena merupakan bosnya. Padahal, ia sedang menjabat sebagai Menkes di era Kepemimpinan Prabowo Subianto.
“Silaturahmi karena pak Jokowi kan bosnya, saya. Jadi, saya sama Ibu mau silaturahmi mohon maaf lahir dan batin. Juga (minta) doain agar pak Presiden dan ibu itu sehat, karena saya masih jadi Menkes kan?,” tutur Budi kala itu.
Kontroversi ucapan Menkes Budi pun sempat mendapat sorotan dari anggota Komisi IX DPR RI, Nurhadi.
Pada Selasa (27/5/2025), Nurhadi menyampaikan bahwa ia menilai cara berkomunikasi Budi sebagai Menkes kurang bijak.
“Saya langsung ke Pak Menteri Kesehatan. Beberapa akhir ini, hari ini, Pak Menteri jadi sorotan Pak. Saya menyoroti kaitannya dengan cara komunikasi Pak Menteri yang kurang wise, kurang bijaksana,” kata Nurhadi dalam rapat kerja, Senin (26/5/2025). (*)

























