LEGIONNEWS.COM – MAKASSAR, Investasi pembangunan pabrik poran di kabupaten bulukumba terancam gagal. Pasalnya informasi yang diterima warga setempat bahwa investor mengeluh atas ulah dari oknum kepolisian dari Unit Tindak Pidana Tertentu (Tipiter).
Menurut sumber terpercaya LEGION-NEWS. COM warga setempat mengatakan ada keluhan dari investor soal pembangunan pabrik tersebut.
“Sepertinya investasi pembangunan pabrik poran bakal berhenti. Penyebabnya adanya oknum kepolisian dari Unit Tipiter yang meminta agar ikut andil dalam memasukan material di pembangunan poran,” ujar Pria tersebut yang namanya enggan dipublikasikan.
“Kami heran saja kenapa bisa seperti itu,” kata dia menambahkan.
Besar harapan kami ke pak Kapolda Sulsel, untuk menegur oknum kepolisian di Unit Tipiter Bulukumba,” ujar dia.
Terpisah Lembaga anti rasuah Watch Relation of Corruption (WRC) Sulawesi Selatan (Sulsel) menyayangkan hal itu terjadi.
“Sangat disayangkan kalau hal tersebut terjadi. Unit Tipiter Bulukumba baiknya fokus saja di kasus BBM Ilegal yang marak di Bulukumba, belakangan ini,” tutur Koordinator Pengawasan dan Penindakan WRC Sulsel ini saat dihubungi Kamis (12/9)
“Unit Tipiter, Jangan lagi masuk di proyek investasi yang dikelola swasta. Kalau modelnya seperti itu saya yakin investor akan lari dari Sulawesi Selatan, tentu pemerintah daerah setempat sulit mendatangkan investor lagi di kemudian harian,” tutur Din Alif yang juga mahasiswa program pasca sarjana Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin Makassar ini.
Dia pun berharap agar Kadiv Propam Polda Sulsel dan Kapolres Bulukumba untuk menindak tegas oknum kepolisian tersebut.
“Besar harapan kami Kadiv Propam Polda Sulsel dan Kapolres Bulukumba segera turun tangan ulah oknum di Unit Tipiter tersebut,” terang Din Alif.
Sementara para nelayan di kabupaten Bulukumba sangat berharap pabrik poran tetap berdiri di kabupaten Bulukumba.
“Sebagai masyarakat, Kami tentunya sangat berharap agar pabrik poran ini segera berdiri. Agar menambah penghasilan kami secara ekonomi,” kata nelayan itu yang meminta agar tidak menulis namanya. (LN)