LEGION NEWS.COM – Generasi Muda (Gema) Pancasila 2022 kegiatan perlombaan, yakni Lomba Debat dan Lomba Orasi Ilmiah dengan mengangkat tema “Mempertahankan Pancasila sebagai Ideologi Negara di Era 5G” dan dilaksanakan dari 23 Mei hingga 1 Juni di Ford Rotterdam, Makassar.
Lomba Debat Angkat Tema LGBT, KMN Sinjai Memilih ‘Walk Out’” perihal pengunduran diri dari KMN Sinjai sebagai salah satu tim debat yang ikut berkompetisi.
Akan hal itu mendapat respon dari salah satu ormas Islam, Brigade Muslim Indonesia atau BMI.
BMI menilai setelah membaca penjelasan pihak panitia soal debat yg mengangkat tema legalitas LGBT maka ijinkan kami memberi sedikit pandangan mengenai hal tersebut kata ketua harian BMI Hanif Aji Muslim.
Ada 6 poin pengantar atas sikap BMI soal debat yg mengangkat tema legalitas LGBT
PERTAMA, BMI menilai tema yang diangkat soal Legalitas LGBT itu sangat tidak tepat apalagi jika tujuan dari acara ini adalah dalam rangka mempertahankan idiologi Pancasila karena kalau bicara perilaku penyimpangan LGBT sdh pasti bertentangan dengan Pancasila, Agama dan etika moral
KEDUA, Penyimpangan kaum LGBT jelas bertentangan dengan Pancasila, nilai agama dan etika moral. Tetapi kalaupun ingin mengangkat tema soal LGBT dalam rangka mempertahankan idiologi Pancasila maka harusnya panitia dapat memilih tema yg lebih bijak misalnya, “Antisipasi Penyimpangan Kelompok LGBT” dimana yang dianggap pemenang adalah yang bisa memberi pemaparan terbaik dalam usaha antisipasi penyebaran paham penyimpangan LGBT yang dianggap bertentangan dengan nilai nilai Pancasila, agama dan etika moral
KETIGA, Masih banyak tema yang lebih pantas diperdebatkan dalam rangka mempertahankan Pancasila sebagai idiologi selain soal legalitas LGBT misalnya soal toleransi ummat beragama, soal antisipasi paham radikalisme dan paham ekstrim lainnya yang ingin mengganti idiologi negara, antisipasi gerakan kelompok terorisme, peran mahasiswa dalam mengantisipasi tumbuhnya paham ekstrim di kampus dan lain lain
KEEMPAT, Dalam penjelasan diatas bahwa pihak KMN Sinjai mundur setelah hasil undian saat teknical meeting pihak KMN Sinjai harus tampil debat sebagai pihak yang pro ini berarti bahwa Panitia secara sadar sengaja membuka ruang dan mengiring orang untuk mengingkari nurani sehingga mereka harus tampil debat dalam posisi membela legalitas LGBT dan saya yakin bahwa KMN Sinjai mundur karena mereka masih sangat waras dan paham bahwa tampil debat untuk membela legalitas LGBT adalah sebuah kesalahan besar. Kami malah menduga bahwa KMN Sinjai lakukan walk out karena memiliki pemikiran bahwa jika kita tampil sebagai pihak yang pro legalitas LGBT maka pasti akan berada di posisi kalah dan jika dianggap sebagai pemenang maka mereka akan menjadi bahan tertawaan di masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim ini. Dan BMI menilai mundurnya KMN Sinjai dari debat itu harus memberi sinyal bahwa cara yang dilakukan panitia sangat keliru.
KELIMA, Kalaupun panitia beralasan bahwa debat ini dalam rangka mendapatkan data analasis untuk di ajukan sebagai bahan jika ada debat soal LGBT, maka menurut kami harusnya cara mengetahuinya bukan dengan membuat settingan debat seperti ini tetapi silahkan buat survei dimasyarakat berapa persen masyarakat yang pro terhadap legalitas LGBT berapa yang menolak terus apa alasan pro dan apa alasan kontra, data inilah yang akan diberikan jika ada debat sungguhan soal pro kontra LGBT dan yang bicara sebagai pihak pro harusnya betul betul pro, yang kontra harus betul betul kontra bukan dipilihkan oleh pihak panitia sehingga yang kontra harus bicara pro atau yang pro bicara kontra
KEENAM – Jika yang menjadi pemenang dalam debat ini adalah kelompok yang kontra dengan legalitas LGBT kami rasa itu wajar. Malah kalau menurut kami yang paling pantas dianggap sebagai pemenang sejati adalah pihak SNM Sinjai yang telah menolak debat karena merasa ditempatkan di posisi yang bertentangan dengan nuraninya tetapi jika yang menjadi pemenang debat adalah kelompok pro legalitas LGBT maka penilaian ini biar menjadi penilian masyarakat yang menganggap penyimpangan kaum LBGT jelas jelas bertentangan dengan Pancasila, nilai agama dan etika moral. (rls)