Gerakan Mahasiswa Melemah: Tantangan Khusus Kader IMM Kota Makassar

0
FOTO: Awal Syam, Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Kota Makassar.
FOTO: Awal Syam, Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Kota Makassar.

Oleh: Awal Syam

LEGIONNEWS.COM – OPINI, Fenomena melemahnya gerakan mahasiswa saat ini menjadi sebuah kenyataan yang memerlukan perhatian serius, khususnya bagi kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Kota Makassar.

Sebagai pusat intelektual dan kultural di kawasan Timur Indonesia, Makassar memiliki dinamika sosial-politik yang khas dan tantangan tersendiri dalam menggerakkan potensi kepemimpinan mahasiswa.

Kader IMM Makassar, yang selama ini menjadi salah satu aktor penting dalam pergerakan mahasiswa berbasis nilai-nilai Islam dan nasionalisme, kini menghadapi tantangan yang semakin kompleks dan membutuhkan strategi yang lebih tajam dan kontekstual.

Salah satu tantangan mendasar adalah perubahan karakter mahasiswa di era digital yang terjebak pada fenomena individualisme dan konsumtif. Di Makassar, dengan kemajuan teknologi informasi yang pesat dan semakin terbukanya akses media sosial, mahasiswa semakin diperdaya dengan budaya instan dan hedonistik yang mengikis kesadaran kolektif untuk berorganisasi dan berjuang bersama.

Sebagai organisasi dakwah dan perjuangan sosial, kader IMM harus mampu mengembalikan semangat tersebut melalui metode pendidikan kaderisasi yang kontekstual dan inovatif.

Selain itu, kondisi sosial-ekonomi Kota Makassar yang heterogen dengan ketimpangan kelas dan tantangan urbanisasi menuntut kader IMM untuk tidak hanya fokus pada narasi keagamaan dan ideologi, tetapi juga pada pemberdayaan masyarakat dan advokasi kebijakan yang konkret.

Kader IMM Makassar memiliki peluang besar untuk menjadi aktor transformasi sosial dengan mengangkat isu-isu strategis, terutama di wilayah perkotaan yang berkembang pesat.

Hal ini merupakan tantangan sekaligus kesempatan bagi kader untuk menunjukkan relevansi gerakan mahasiswa yang bersinergi dengan pembangunan daerah.

Tantangan ketiga datang dari internal organisasi yakni regenerasi dan soliditas kader. Di tengah melemahnya minat kader baru untuk aktif, terdapat risiko stagnasi yang akan menambah eksistensi IMM dalam jangka panjang. Kader IMM Makassar harus memfokuskan upaya pada penguatan nilai-nilai kepemimpinan berbasis Islam dan keilmuan yang berlandaskan pada ilmu pengetahuan modern.

Pendekatan interdisipliner dan integratif ini akan memperkuat mentalitas kader agar tidak hanya menjadi aktivis demonstratif, melainkan juga menjadi pemikir kritis dan pelaku perubahan sosial yang efektif.

Selanjutnya, tekanan ideologi dari arus pemikiran radikal maupun sekulerisme di kota besar seperti Makassar memaksa kader IMM untuk semakin terasah dalam berdialog dan berargumentasi secara intelektual.

Kader harus mampu menyikapi isu-isu aktual dengan sikap yang seimbang, perspektif keislaman yang moderat, dan pemahaman mendalam akan konstitusi dan nilai-nilai kebangsaan. Hal ini penting agar IMM tetap menjadi rujukan intelektual dan moral dalam kehidupan berorganisasi dan bermasyarakat.

Strategi adaptasi gerakan IMM juga harus dijejaring dengan berbagai elemen strategi, termasuk komunitas lokal, lembaga sosial, dan institusi pemerintah di Makassar. Melalui sinergi ini, kader IMM dapat memaksimalkan daya jangkau dan efektivitas program-program pemberdayaan yang berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Penggunaan teknologi informasi sebagai media kampanye sosial dan edukasi menjadi kendaraan utama dalam membangun narasi baru tentang pergerakan Islam yang progresif dan inklusif di tengah masyarakat modern.

Kesimpulannya, kekuatan melemahnya gerakan mahasiswa di Kota Makassar menuntut kader IMM untuk memperkuat kembali semangat perjuangan melalui revitalisasi metode dakwah, penguasaan ilmu pengetahuan, dan pembangunan jaringan kolaboratif yang kuat.

Kader IMM di Makassar harus tampil sebagai agen perubahan yang tidak hanya mempertahankan eksistensi gerakan, tetapi juga menginisiasi inovasi sosial yang mampu menjawab problematika khas kota metropolitan.

Dengan pemahaman kontekstual, keimanan yang kokoh, dan semangat intelektualitas yang tinggi, kader IMM Kota Makassar dapat mengatasi tantangan ini dan mengukuhkan kiprah pergerakan siswa sebagai kekuatan moral dan sosial yang relevan di era modern.

Advertisement