HUKUM – Kasus dugaan pembunuhan terhadap Brigadir J yang diduga dilakukan mantan Kadiv Propam Mabes Polri belum ditemukan titik terangnya.
Namun kabar mengejutkan datang dari Komnas HAM terkait kasus pembunuhan Brigadir J. Terdapat keterangan tidak menemukan ada perintah membunuh dari Ferdy Sambo.
Melalui keterangan tersebut Komnas HAM mengira akan menjadi celah bagi Ferdy Sambo, lolos dari jerat hukum maksimal dalam dugaan pembunuhan berencana pada Brigadir J.
Berdasarkan pengamatan kondisi ketika peristiwa berlangsung, Komnas HAM malah mengatakan jika Bharada E salah dalam mengambil keputusan.
Situasi yang dialami oleh Bharada E melakukan kesalahan, akhirnya Bharada E malah membunuh Brigadir J di hadapan Ferdy Sambo, Kuat Maāruf, dan Bripka RR.
Pihak Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mengatakan, ada kemungkinan jika Ferdy Sambo tidak menginginkan adanya pembunuhan.
Komnas HAM menduga perintah yang keluar dari Ferdy Sambo untuk Bharada E bukan bermaksud membunuh Brigadir J.
Kenapa Pengamatan Komnas HAM Seperti itu ?
Dalam sepekan ini, Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik dalam sorotan publik.
Gara-garanya dia mengutarakan soal temuan Komnas HAM jika Putri Candrawathi yang merupakan istri Ferdy Sambo diduga ikut menembak Brigadir J.
Hal itu lantas banyak dibantah pihak, lantaran berpotensi pada lahirnya ātujuanā tertentu.
Bukan itu saja, Komnas HAM juga menyinggung soal kondisi kejiwaan Ferdy Sambo.
Taufan mengatakan, secara psikologis Ferdy Sambo memposisikan diri dan merasa mampu merekayasa pembunuhan terhadap Brigadir J atau Nofriansyah Yoshua Hutabarat.
Apa yang dilakukan Ferdy Sambo ini muncul lantaran merasa memiliki pengaruh dan kekuasaan dari jabatan yang pernah diembannya, sebagai Kadiv Propam Polri.
Bukan itu saja, Taufan melihat tidak ada kekhawatiran yang terlihat dalam diri Ferdy Sambo jika kasus tersebut akan terbongkar.
“Dengan memiliki kekuasaan (sebagai Kadiv Propam) yang besar itu, FS (Ferdy Sambo) secara psikologis merasa bisa merekayasa kasus pembunuhan Yosua (Brigadir J) dan tidak khawatir terbongkar,” kata Taufan, Kamis (15/9/2022).
Bagaimana Pandangan ahli Psikologi Forensik ?
Akan tetapi pernyataan Ketua Komnas HAM tersebut dinilai ahli Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel disebut ada āpesanā yang ingin disampaikan.
Reza memiliki penilaian apa yang dikatakan Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik adalah sebuah dugaan jika Ferdy Sambo memiliki masalah kejiwaan.
Hal itu lanjut Reza bisa kontraproduktif dalam situasi yang saat ini terjadi, yakni penuntasan kasus pembunuhan berencana Brigadir J.
āPernyataan (ketua) Komnas HAM bisa kontraproduktif,ā kata Reza di acara televisi berita pada (15/9/2022).
Dia menjelaskan satu riset, jika psikopati, bukan berakar pada dimensi perilaku atau pun kepribadian,ā katanya.
Namun kata dia, ada yang berbeda dalam otak orang tersebut dengan pada umumnya.
āTapi pada adanya bagian otak (psikopat) yang memang berbeda dari orang-orang non psikopat.
Jelas Reza, bagian otak tersebut tanpa direkayasa, tidak akan bereaksi saat diperlihatkan gambar atau tayangan kejam.
āDengan kondisi otak itu (psikopat) memang sudah seperti itu. Mereka memang tuna perasaan,ā jelasnya.
Orang psikopat lantas akan mencari pembenaran jika hal itu adalah bagian kodratnya.
āPsikopat dipahami sebagai sesuatu yang dikodratkan. Kondisi psikopati malah bisa dipakai sebagai bahan pembelaan diri,ā kata dia.
Dengan kondisi saat ini, sudah menjadi kemungkinan aka nada yang menyebut indikasi jika Ferdy Sambo memiliki masalah dengan kejiwaan.
Jika terus digiring pada opini tersebut, maka hukum yang yang akan berlaku adalah menggunakan Pasal 44 KUHP.
Jika melihat dari bunyi Pasal 44 KUHP, maka orang yang melakukan suatu perbuatan.
Sedangkan pada saat melakukan perbuatan orang tersebut, menderita sakit berubah akalnya atau gila.
Maka perbuatan tersebut tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban kepadanya, dan orang tersebut tidak dapat dihukum.
Masalah kejiwaan pada diri FS (Ferdy Sambo), mungkin saja. Tapi, bukan masalah kejiwaan yang membuat FS (Ferdy Sambo) bisa memanfaatkan ālayananā pasal 44 KUHP,ā ucap Reza.
Kalau masalah kejiwaan dalam hal ini psikopati seperti yang dikatakan Komnas HAM, maka tepatlah Ferdy Sambo disebut sebagai kriminal dengan klasifikasi sangat berbahaya.
āDia (Ferdy Sambo) sebagai psikopat, memiliki kepribadian Machiavellianisme yang diistilahkan sebagai Dark Triad: manipulatif, pengeksploitasi, dan penuh tipu muslihat,ā ujar Reza.
Jika hal itu terus didengungkan, malah dijelaskan Reza, psikopat seperti itu justru harus dimasukkan ke dalam penjara.
Bahkan, bisa dalam masa tahanan dengan level keamanan yang tinggi.
āKriminal-kriminal semacam itu layak dimasukan penjara level keamanan super maksimum,ā kata Reza.
Reza juga mengatakan, petugas yang menjaga harus yang cerdas, memiliki integritas, dan jam terbang tinggi.
āPetugas penjaga (tahanan psikopat) jangan staf biasa. Haruslah staf cerdas, berintegritas, dan punya jam terbang tinggi āmelayaniā napi ber-Dark Triad,ā katanya. (Sumber: suara)