Penulis : Fabio Maria Lopez Costa Koordinator Advokasi AJI Jayapura
SOROTAN||Legion-news.com Kedamaian di Kabupaten Intan Jaya Papua terusik sejak tahun 2017. Masyarakat tak bisa beraktivitas seperti biasanya di daerah yang berada di ketinggian 2200 meter diatas permukaan laut ini. Pelayanan publik di Intan Jaya pun terhambat.
Selasa (9/2/2021), ratusan warga berlindung di Kompleks pastoran Gereja Santo Mikael Bilogai, Intanjaya. Mereka berasal dari kampung Bilogai, kumbalagupa dan Puyaguay.
Warga mengungsi setelah terjadi penembakan seorang pedagang di sugapa bernama Ramli oleh Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka. Pihak keamanan menyatakan organisasi ini sebagai kelompok kriminal bersenjata (KKB).
Seorang anggota KKB menyerang Ramli yang tengah berjualan di kiosnya di Distrik Sugapa, ibu kota Intan Jaya, Senin (8/2) pukul 17. 30 WIT. Lokasi penembakan hanya berjarak sekitar 100 meter dari kompleks pastoran. Ramli terluka berat karena peluru menembus pipi hingga punggungnya.
“Kami meminta tolong kepada aparat keamanan. Sampai kapan kami harus hidup seperti ini? Masyarakat ingin beraktivitas seperti biasa kembali, “kata Pastor Yustinus Rahangiar, dihubungi Selasa lalu.
Yustinus adalah pemimpin Paroki Gereja Katolik Santo Mikael Bilogai di Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya. Ia bertugas di Intan Jaya sejak tahun 2004.
Hingga Selasa (16/2), ratusan warga masih meninggalkan rumah karena trauma dengan penyerangan yang dilakukan KKB. Apalagi setelah insiden Seorang anggota TNI, Prajurit Dua Ginanjar, gugur dalam kontak tembak dengan KKB di kampung Mamba, Senin lalu.
“Warga merasa ketakutan dan tidak mau berada di tengah kontak tembak kedua belah pihak. Saya bingung dan tidak tahu harus berbuat apa untuk menenangkan mereka,” kata Yustinus.
Polisi menetapkan status keamanan siaga satu karena teror KKB yang tiada henti. Warga diimbau tidak lagi beraktivitas di luar rumah di atas pukul 17.00.
Kepala Polres Intan Jaya Ajun Komisaris Besar I Wayan G Antara menyatakan, serangan KKB tidak hanya mengincar aparat keamanan, tetapi juga warga. Hal itu yang memicu warga mengungsi.
“Kami telah memberikan bantuan makanan dan kebutuhan pokok lainnya bagi warga yang mengamankan diri di Kompleks pastoran. Hingga saat ini kami terus mendata warga yang berlindung di Kompleks gereja,” tutur Wayan.
*BERUBAH DRASTIS*
Tidak ada yang menyangka daerah yang sebelumnya tenang dan sejuk ini menjadi ladang konflik yang membara. Padahal, Intan Jaya termasuk salah satu daerah yang jarang terjadi aksi kelompok bersenjata dan konflik sosial.
Intan Jaya dimekarkan dari kabupaten Paniai pada 2008. Daerah ini berada di bawah kaki cartenz, gunung dengan puncak tertinggi di Indonesia, yakni 4.884 meter diatas permukaan laut.
Terdapat 8 distrik atau Kecamatan dan 97 kampung atau desa di Intan Jaya. Penduduk di sana sangat ramah. Mereka banyak beraktivitas di kebun. Wilayah ini baru memiliki Polres setahun lalu karena meningkatnya gangguan keamanan oleh KKB.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Papua. Aaron Rumainum heran dengan situasi di Intan Jaya saat ini. Saat bertugas sebagai dokter di Puskesmas Sugapa pada 2001-2004, ia sama sekali tidak mendapatkan gangguan keamanan. Padahal saat itu juga ada OPM di Intan Jaya.
Ia mengaku sangat terkejut dan Sedih ketika kelompok tersebut menyerang dua tenaga kesehatan yang bertugas menangani pencegahan covid-19 di Distrik Wandai, Intan Jaya, pada 22 Mei 2020. Kedua korban adalah Alemalek Bagau dan Henico Somou. Alemalek mengalami luka parah sedangkan Henico meninggal.
Dari catatan Kompas dan data Polda Papua, gangguan keamanan di Intan Jaya bermula pada 2017. Pemicunya saat pemilihan kepala daerah yang diikuti pasangan Natalis Tabuni-Yan Kobogayauw dan Yulius Yapugau- Yunus Kalabetme.
Konflik Pilkada di Intan Jaya dimulai dari pemungutan suara hingga penolakan simpatisan kandidat Yulius -Yunus atas putusan Mahkamah Konstitusi yang memenangkan Bupati petahana Natalis Tabuni.
Akibat konflik ini, 3 warga tewas dan 101 warga luka-luka. Dari pertengahan 2017 hingga Maret 2018, lima kantor milik pemerintah Kabupaten Intan Jaya dibakar dan sejumlah fasilitas di jarah. Aktivitas pemerintahan lumpuh, para pegawai memilih bekerja di Kabupaten Nabire wilayah tetangga.
Kemudian konflik berlanjut dengan aksi KKB yang menembak tiga pengojek sepeda motor saat melintas di Distrik Hitadipa, 26 Oktober 2019. Hingga akhir tahun itu, terjadi dua aksi KKB yang menyebabkan tiga warga sipil dan dua anggota TNI meninggal akibat Serangan KKB.
Pada tahun 2020, jumlah serangan KKB meningkat tajam hingga mencapai 23 kasus. Tiga prajurit TNI dan 10 warga sipil meninggal akibat Serangan KKB. Serangan KKB berlanjut hingga sekarang.
Sekretaris Dewan Adat Papua John Gobay mendorong adanya dialog antara pemerintah, pihak keamanan, dan OPM. “Upaya (dialog) ini untuk mendapatkan jalan keluar agar perdamaian kembali hadir di Tanah Intan Jaya,” katanya.
Penulis : Fabio Maria Lopez Costa ( Koordinator Advokasi AJI Jayapura).