PALOPO — Satu lagi bukti bahwa premanisme kini bertransformasi menjadi lebih licik: mengatasnamakan masyarakat lokal dan berdalih “pemberdayaan”. Itulah modus yang digunakan oleh sekelompok orang yang dipimpin oleh Ilham, yang dengan seenaknya menghadang dan memalak tangki pengangkut BBM industri untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di wilayah Luwu Raya.
Mobil tangki BBM industri yang sedang dalam perjalanan ke lokasi PLTMH dihentikan secara paksa oleh kelompok ini. Tanpa dasar hukum dan tanpa malu, mereka meminta sejumlah uang dengan alasan pemberdayaan masyarakat. Padahal, yang mereka lakukan tidak lebih dari tindakan kriminal—pemerasan terang-terangan yang justru menyandera kebutuhan dasar masyarakat: listrik.
Reski Halim, aktivis hukum dan energi dari Luwu Raya, mengecam keras aksi tersebut.
“Ini bukan pemberdayaan. Ini pemalakan berkedok kearifan lokal. Ilham dan kelompoknya telah menjadikan distribusi energi sebagai ladang pungli. Negara tidak boleh tunduk pada model premanisme yang dibungkus dengan narasi palsu seperti ini,” tegas Reski.
Ia menambahkan, PLTMH bukan proyek elite, melainkan sumber harapan rakyat kecil yang belum terjamah jaringan listrik nasional. Ketika distribusinya dipalak, maka yang gelap bukan hanya jaringan listrik—tapi juga akal sehat dan nurani.
“Kalau hari ini kita diam, besok-besok akan muncul ‘Ilham-Ilham’ lain yang merasa berhak memalak siapa pun yang lewat di depan rumahnya. Aparat harus turun tangan, tangkap, dan adili para pelaku. Jangan biarkan jalur distribusi energi dikendalikan oleh preman-preman baru yang bermuka manis tapi berhati rakus,” pungkasnya.
Rakyat butuh terang, bukan teror dari oknum yang bersembunyi di balik nama masyarakat. Keamanan distribusi BBM adalah harga mati demi kelangsungan hidup dan kemajuan di daerah-daerah tertinggal. Negara harus hadir—bukan hanya saat seremoni, tapi saat jeritan distribusi energi dicekik oleh tangan-tangan rakus seperti ini.