NASIONAL – Pakar pertanian IPB University, Prof Dwi Andreas Santosa menegaskan, keputusan Perum Bulog mengimpor 200 ribu ton, tidak akan efektif menurunkan harga. Yang ada, petani rugi besar karena harga beras terjun bebas.
Kepada Inilah.com, Jakarta, Senin (12/12/2022), Prof Andreas menyebut petani dengan kata-kata ‘sedulur’ berpeluang mengalami tekor besar. “Intinya, sedulur petani akan merugi signifikan. Mengimpor beras itu kan perlu waktu sekitar dua bulan. Kemungkinan, Februari baru datang. Belum distribusinya. Padahal, harga beras pada Februari 2022, sudah turun,” ungkap Prof Andreas.
Beras Impor 200 Ribu Ton Diramal Datang Februari, Petani Semakin Gigit Jari
Ketika harga beras turun, lanjutnya, bersamaan dengan datangnya beras impor, maka dampaknya kepada harga semakin ambles. “Kenapa Februari (harga) turun, karena pedagang akan mengeluarkan barangnya. karena harus menampung beras yang mulai masuk pada Maret. Sampai April 2023 yang sudah masuk panen raya. Celaka besar kalau pas harga turun, beras impor datang, harga makin anjlok. Yang rugi sedulur petani dong,” ungkapnya.
Prof Andreas sudah memperhitungkan bahwa beras impor baru akan datang di bulan Januari atau Februari 2023. Kala itu, harga beras berangsur turun. “Kalau berasnya dari India, bisa lebih lama lagi. Saya enggak tahu, hitung-hitungan waktu dari pemerintah itu seperti apa? Impor beras kan tidak seperti beli tepung terigu. Bayar, langsung bawa pulang. Tapi butuh waktu,” kata Prof Andreas.
Prof Andreas menyebut data Badan Pusat Statistik (BPS) menegaskan adanya surplus beras pada 2022 sebanyak 1,7 juta ton. “Lalu, untuk apa Perum Bulog harus impor beras lagi? Kalau beras banjir ya petani rugi. Akan sangat berbahaya kalau petani kita jadi putus asa,” imbuhnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi memastikan, impor beras tidak akan merugikan petani. Alasannya, beras impor diarahkan untuk pengendalian harga, serta pemenuhan pangan di tengah kondisi darurat, atau bencana, melalui Perum Bulog.
“Kita pastikan betul beras komersial ini tidak akan mengganggu beras dalam negeri produksi petani. Pemerintah berpihak penuh kepada para petani lokal, sehingga keberadaan cadangan ini akan dijaga agar tidak merusak harga beras petani,” kata Arief. (Sumber: inilah)