LEGIONNEWS.COM – JAKARTA, Sejumlah faktor yang membuat penyaluran Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari oleh Perum Bulog di pasar tradisional melambat. Hal itu disampaikan oleh Ketua Harian Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkoppas), Andrian Lame Muhar.
Menurut Andrian, melambatnya penyaluran beras SPHP berkaitan erat dengan daya beli masyarakat yang tengah menurun.
Dia pun mengakui, dibandingkan tahun 2023 lalu, ketika harga beras SPHP masih sekitar Rp9.950 per kg, penyaluran saat ini lebih lambat, karena konsumen memilih mengencangkan pengeluaran dan mencari alternatif beras yang lebih murah.
Disisi lain realisasi penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) oleh Perum Bulog hingga 11 Januari 2025 baru mencapai 9.367 ton atau sekitar 6,24% dari target bulanan sebesar 150.000 ton.
SPHP merupakan beras yang digelontorkan Perum Bulog dalam kemasan 5 kilogram. SPHP adalah produk intervensi pemerintah, bertujuan untuk melindungi daya beli dan keterjangkauan harga pangan bagi konsumen.
Menurut Ketua Inkoppas, Andrian, melambatnya penyaluran beras SPHP berkaitan erat dengan daya beli masyarakat yang tengah menurun.
Dia pun mengakui, dibandingkan tahun 2023 lalu, ketika harga beras SPHP masih sekitar Rp9.950 per kg, penyaluran saat ini lebih lambat, karena konsumen memilih mengencangkan pengeluaran dan mencari alternatif beras yang lebih murah.
“Anggota pasar kami sudah berapa lama nggak ngambil lagi ke Bulog, karena harga beras lokal masih lebih rendah. Mungkin kalau zaman SPHP-nya Rp9.950 masih oke,” ujar Ketua Inkoppas.
“Makanya tadi berkaitan kan penyaluran di Bulognya sedikit,” kata Andrian saat ditemui usai rapat bersama Bapanas di Jakarta, Rabu (15/1/2025).
“Masyarakat sekarang juga sedang ngencengin ikat pinggang. Karena harga beras SPHP kan sekitar Rp12.500 per kilogram,” imbuh Andrian.
“Sementara beras lokal masih di bawah itu, sekitar Rp10.600 per kg,” sambungnya.
Kendati demikian, Andrian memprediksi permintaan beras SPHP akan kembali meningkat pada Maret-May 2025 mendatang, sejalan karena harga gabah atau beras lokal pada masa itu akan mulai menunjukkan kenaikan.
“Nah nanti mungkin sekitar Maret, April, May ketika sudah mulai mahal gabah/berasnya. Nah mungkin bisa laku beras SPHP,” tukas dia.
Sebelumnya, Kepala Divisi Hubungan Kelembagaan Bulog Epi Sulandari memprediksi ada potensi permintaan SPHP akan terus meningkat dalam beberapa waktu ke depan.
“Melihat tren harian, permintaan SPHP diprediksi meningkat,” kata Epi dalam Rakor Pengendalian Inflasi, Senin (13/1/2025).
Adapun untuk wilayah dengan penyaluran beras SPHP terbesar, lanjut Epi, masih didominasi oleh DKI Jakarta dan Banten.
Epi mengatakan, penyaluran beras SPHP pada awal tahun menjadi prioritas lantaran harga beras biasanya mengalami lonjakan selama musim paceklik.
Selain itu, dia juga menyoroti daerah-daerah dengan harga beras yang cukup tinggi di atas HET, lantaran memang biasanya daerah tersebut memiliki kesulitan infrastruktur, dan ongkos distribusi untuk mencapai wilayah tersebut yang lebih mahal.
“Tetapi kami tetap kerja sama dengan dinas pangan setempat untuk menyalurkan beras SPHP sampai ke titik-titik yang ditetapkan pemerintah daerah setempat,” tutup Epi. (*)