Bernadus Tokoh Ilustrator, Di Kaleng Biskuit Khong Guan Alasan Tanpa Ayah

    Bernadus Prasodjo pembuat gambar ilustrasi di kaleng biskuit Khong Guan tahun 1979

    EDUKASI||Legion-news.com Bernardus Prasodjo berperan menggambar ilustrasi ikonik produk biskuit populer Indonesia. Dia menjawab alasan tak ada sosok ayah di kaleng Khong Guan hingga meme-meme yang memparodikan gambarnya.

    Bernardus Prasodjo tak seperti pria 68 tahun di Indonesia kebanyakan. Berikut beberapa alasannya:

    1. Dia masih sangat aktif mengakses jejaring sosial, terutama Facebook;

    2. Nyaris setiap pekan dia bepergian ke berbagai kota di seluruh Indonesia;

    Advertisement

    3. Dialah sosok yang menggambar ilustrasi legendaris di kaleng biskuit Khong Guan.

    Oh, bila tiga alasan itu belum cukup, maka perlu disebutkan jika Bernardus pula yang menggambar perempuan kulit putih bersepeda di wafer Nissin, serta sosok prajurit Inggris di kaleng Monde, dua merek biskuit yang tak kalah populer di Tanah Air.

    Gambar-gambar itu mewakili trium virat bisnis biskuit Tanah Air. Khong Guan menguasai 36 persen pangsa pasar biskuit kemasan besar. Kecuali alergi pada semua jenis biskuit atau seumur hidup tak pernah berbelanja ke toko kelontong, setiap orang yang tinggal di Indonesia pasti mengenal tiga produk ikonik tersebut.

    “Itu gambar-gambar yang masih bertahan. Yang sekarang sudah engga ada banyak sekali,” kata Bernardus saat ditemui di rumahnya yang penuh lukisan, kawasan Kali Pasir, Cikini, Jakarta Pusat.
    Tetap saja, hasil karyanya di kaleng Khong Guan yang paling memicu kehebohan dalam ranah budaya pop Indonesia.

    Gambar Bernardus puluhan tahun lalu itu sebetulnya sederhana. Seorang ibu bersama dua anaknya—lelaki dan perempuan—menikmati biskuit di meja makan klasik era 50-an. Dari ilustrasi sederhana itulah, muda-mudi kelebihan energi mengolahnya menjadi beragam guyonan. Baik itu meme, broadcast message yang tak lucu-lucu amat, sampai lelucon slapstick film arus utama yang tampaknya akan selalu lestari di Indonesia.

    Misalnya, spekulasi ke mana dan seperti apa sosok bapak di kaleng Khong Guan? Apakah pria itu tidak terlihat sebab sibuk mengambil foto? Sebagian orang gagah berani menuding prajurit Inggris di wadah Monde sebagai si bapak yang tak pulang-pulang. Bermacam spekulasi lambat laun meresahkan saya, yang dipaksa menikmati lelucon-lelucon serupa tapi tak sama saban tahun.

    Bukan hanya saya yang resah sendirian. Hayu Qisthi Adila (28), praktisi hukum bermukim di Jakarta yang saya tanya pendapatnya mengenai daur ulang lelucon Khong Guan, merasa geli melihat perkara bapak masih menjadi spekulasi. Apalagi beragam meme itu muncul beberapa tahun belakangan saja, ketika biskuit Khong Guan sudah beredar puluhan tahun. “Back then, aku simply mikir oh bapaknya lagi kerja aja,” ujarnya.

    “Lately setelah banyak yang ngomongin kupikir itu malah breaktrough ya. Karena gambar kaleng itu semacam bilang mereka baik-baik aja tanpa si bapak, karena ibunya super keren; atau yuk nak, kita tunjukin ke bapak, kita menghargai kerja kerasnya dengan menikmati semua hidangan enak ini,” kata Qisthi.

    Gambar mencolok di dua sisi kaleng biskuit merah berbobot 1.700 gram itu kembali menyita perhatian setelah menjadi bahan lawakan Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 1, film yang memecahkan rekor jumlah penonton bioskop 2016. Ada satu adegan menampilkan seorang begal (diperankan Arie Kriting) bersembunyi dari kejaran aparat di papan iklan Khong Guan. Si begal lolos setelah berhasil berpura-pura jadi anak ketiga di meja makan.

    Tawa kencang ratusan penonton di bioskop yang saya datangi beberapa bulan lalu, seusai adegan itu muncul, membuktikan lelucon menyangkut gambar Khong Guan masih bertaji.

    Saya tak tahan lagi. Semakin bulat niat saya menemui Bernardus, memintanya menuntaskan semua spekulasi. Siapa tahu dengan begitu meme-meme Khong Guan bisa berkurang populasinya.

    Bernardus menjawab lempang dengan wajah datar merespons polah pengguna Internet yang mengubah gambarnya menjadi bahan lelucon. “Kalau saya masih muda pasti saya bikin gambar-gambar begitu juga.”

    Untuk menjawab semua pertanyaan tentang kelahiran gambar ikonik itu, Bernardus menarik mundur ceritanya hingga 1979 ketika masih berprofesi sebagai tukang gambar. Usianya 31 tahun kala itu. “Kalau sekarang kerennya graphic designer,” ujarnya. Bernardus termasuk tukang gambar ilustrasi produk paling dicari di Jakarta pada masa jayanya.

    Advertisement