BBM Naik, Petani Merintih

FOTO: Muhammad Basran
FOTO: Muhammad Basran

Penulis: Muhammad Basran, Partner Petani

OPINI – Dunia pertanian merupakan salah satu sektor terpenting untuk sebuah negara. Tanpa pertanian yang berkembang, maka sudah pasti pembangunan di suatu negara bisa terhambat.

Akibatnya, kebutuhan dasar atau pokok masyarakat hanya bisa bergantung pada negara lain.
Oleh karena itu peran sangat vitalnya, makanya pemerintah tentu juga wajib mendukung sektor pertanian.
Petani yang terus diminta untuk memenuhi kebutuhan pangan, ternyata tidak membuat posisi mereka diuntungkan.

Hal ini diperparah oleh kondisi saat ini dimana harga bahan pangan yang tidak stabil, diikuti akses distribusi yang terbatas, dan daya beli konsumen yang menurun, membuat mereka semakin berada di ujung tanduk.

Advertisement

Bahkan, data menunjukkan pada bulan Mei lalu, Nilai Tukar Petani (NTP) berada di bawah angka 100, yang artinya petani mengalami defisit dimana pengeluaran lebih besar dari pemasukan.

Namun apa yang terjadi ,belum selesai derita yang di alami akibat dengan adanya pandemi covid 19, muncul lagi dengan naiknya harga bbm maka tentu ini sangat meresahkan petani khusus di sektor pertanian.

Kenapa tidak saat petani kita sudah sangat resah dan susah karena adanya kelangkaan pupuk dan harganya mahal begitupun dengan pestisida,herbisida dan fungisida.

Sudah kita pahami bersama bahwa pupuk merupakan kebutuhan dasar bagi dunia pertanian khususnya budidaya tanaman.
Ketersediaan pupuk harus terpenuhi untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Dan hal ini berbanding dengan harga beli yang di tetapkan pemerintah terhadap petani padi maupun sawit .Adapun harga tbs Rp 2.000 /kg berdasarkan data yang di sampaikan Mentri Zulkli Hasan akhir Agustus 2022 sedangkan harga rata-rata Gabah kering panen(GKP) Rp 4.865 per KG, kata kepala BPS Margo Yuwuno dalam konfrensi pers, kamis (1/9/2022).

Dengan Kenaikan harga BBM pada sektor pertanian akan berdampak besar,dampaknya menurut Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah petani per 2019 mencapai 33,4 juta orang yang terkena langsung sedangkan dampak tidak langsung terjadi pada biaya logistic dan transportasi distribusi produk pertanian.

Biaya produksi yang meningkat sementara tidak diimbangi dengan peningkatan produksi maupun harga panen yang cenderung tetap, akan mengakibatkan pendapatan usaha tani mengalami penurunan.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menilai kenaikan harga BBM subsidi tidak hanya berdampak pada inflasi yang tinggi, tetapi juga meningkatkan jumlah orang miskin di Indonesia.

Oleh karena itu dengan berlakunya kenaikan BBM ini maka perlu di perhatikan di sektor pertanian untuk mengurangi beban petani dengan kenaikan harga BBM tersebut.

Hal yang perlu diperhatikan yaitu dengan memenuhi ketersediaan pupuk yang murah, benih padi yang tersedia, memperbanyak teknologi pertanian dengan distribusinya harus merata ke masing-masing daerah dan harga gabah perlu di tinjau kembali dengan harga yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga dapat meringankan beban petani dan apabila hal ini tidak di lakukan maka tinggal menghitung hari jumlah penduduk miskin akan bertambah dan kelaparan.

Disclaimer: Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya danatau Naskah rilis/Keterangan Pers ataupun Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis naskah seperti Kolom Opini, Memberi Keterangan pers dan legion news.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini/Rilis berita/Keterangan Pers Redaksi legion news.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

Advertisement