LEGIONNEWS.COM – Bank sentral di ASEAN akan membahas isu besar terkait perbankan yang kolaps akhir-akhir ini menjadi isu besar banyak Bank-Bank AS dan Eropa kolaps.
Ancaman krisis finansial menghantui pasar Amerika Serikat setelah salah satu layanan keuangannya yakni Silicon Valley Bank (SVB) mengalami kebangkrutan hanya dalam 48 jam terakhir.
Krisis modal yang dialami Silicon Valley Bank terjadi buntut dari sikap agresif the Fed yang terus menaikkan suku bunga acuan ke level tertinggi.
Terkait itu Asean Finance Ministers and Central Bank Governers (AFMGM) bakal menggelar pertemuan di Bali 28-31 Maret 2022 mendatang.
Asean Finance Ministers and Central Bank Governers selain membahas sektor perbankan global tapi juga di regional, ASEAN.
Untuk itu seluruh bank sentral di ASEAN akan membahas hal ini dalam pertemuan pertama Asean Finance Ministers and Central Bank Governers (AFMGM) yang digelar di Bali 28-31 Maret 2022.
Dody Budi Waluyo, Deputi Gubernur Bank Indonesia, mengatakan, isu bank yang kolaps ini akan masuk dalam pembahasan dalam global economy.
“Pertemuan ini yang nanti seminggu ini salah satunya akan hadir juga dari internasional organisasi IMF, tentunya akan mengangkat isu-isu terakhir mengenai perkembangan di global,” ungkapnya kepada wartawan di kawasan Nusa Dua, Bali, Senin (27/3).
Di mana, masalah perbankan ini akan dilihat bagaimana spillover di kawasan ASEAN atau dampak tidak langsungnya. Hal tersebut menjadi kepentingan bersama untuk menjaga ketahanan, resiliensi dari sistem keuangannya.
“Apa kemudian yang harus dilakukan, apakah penguatan modal, atau pengurangan leverage ke bank bank tertentu, yang memang menjadi sulit adalah bagaimana second impact-nya kalau itu masuk ke jalur misalnya ke startup ataupun e-commerce platform yang punya leverage yang secara tidak langsung kepada bank-bank di 3 bank tadi atau bank di mana pun,” tambah Dody seperti dikutip dari kumparan.
Artinya, keruntuhan dari Silicon Valley Bank, Signature Bank, Credit Suisse, dan Deutsche Bank yang terjadi saat ini bisa dilihat bagaimana dampaknya dari negara maju kepada negara berkembang.
“Semuanya sepakat melihat adalah spillover-nya. Spillover itu selalu akan terkena kalau di makro nya nanti kepada lalu lintas modalnya, kepada nilai tukarnya, kepada likuiditas nya pun,” katanya.
Sementara di sektor keuangan, lebih kepada bagaimana ketahanannya. “Jadi ini yang saya rasa bagian diskusi terkait dengan global economy di dalam pembahasan Asean maupun Asean plus 3 (Jepang, China, dan Korsel),” tutup Dody. (**)