MAKASSAR||Legion-news.com Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Makassar gelar dialog dan buka puasa bersama di Rumah Makan Torani , Sabtu (17/04/2021).
Kegiatan diskusi mengambil tema
“Lawan Radikalisme dengan memperkuat nilai keraifan lokal Masyarakat Sulsel” Dalam diskusi tersebut menghaditkan empat narasumber diantaranya ketua FKPT Sulsel Dr. Muammar Bakri, ketua Permabudhi Yongris Lao, Pengamat Politik pertahanan Dr. Arqam Azikin, dan Ketua IMM SulSel Abdul Gafur.
Ketua forum komunikasi pencegahan terorisme (FKPT) Sulsel Dr Muammar Bakri mengulas tumbuhnya radikalisme yang mengarah pada aksi terorisme di ranah air.
Muammar bicara bagaimana mempersempit ruang kelompok radikal. Salah satu langkah yang dilakukan FKPT Sulsel dengan memproteksi radikalisme agar tidak terlalu menyimpang.
“Kegiatan FKPT lebih pada pencegahan agar kegiatan masyarakat tidak lagi terserang virus radikal. FKPT menyasar sejumlah elemen pemuda, tokoh dan lainnya,” ujar Muammar.
“Kita harus perkuat pada ideologi secara komunal seperti yang ada di NU, Muhammadiyah dan ormas lainnya,” sambung Muamar pada diskusi publik dengan tema ‘Lawan Radikalisme dengan Memperkuat Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Sulsel’ di RM Torani Makassar, Sabtu (17/4).
Muammar mengutip sebuah ayat Al-Quran yang salah satu maknanya yakni ada ummat yang membajak agama untuk kepentingan mereka. Virus radikalisme sulit hilang karena otak manusia. “Untuk itu otak harus diprotek dari paham radikalisme dengan kearifan lokal,” jelasnya.
Ketua Perhimpunan Ummat Budha Yongris juga bicara soal agama dalam konteks perdamaian dan rahmat bagi sesama. Menurut Yongris, hal ini terjadi karena pemahaman agama yang salah.
Untuk itu harus pemahaman agama juga harus diperbaiki.”Banyak masalah bisa diselesaikan dengan agama sebab radikal itu urusan pribadi yang salah jika menimbulkan ketakutan atau ancaman bagi orang lain. Ini yang jadi masalah,” ucap Yongris.
“Jadi yang patut dicegah adalah agar sifat radikal seseorang itu tidak menjadi teroris ini yang terus dicegah,” sambung Yongris.
Bukan hanya kecerdasan intelektual, tapi juga harus kecerdasan mental. “Untuk memcerdaskan sisi kehidupan, maka kita harus membangun ahlak yang benar,” terangnya.
Ketua Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Sulsel Abdul Gafur Ibrahim mengemukakan selaku generasi muda perlu meningkatkan toleransi.
“Radikalisme juga muncul karena rendahnya pemahaman keagamaan kita, juga dipicu keadilan sosial ekonomi. Banyak yang tidak adil sehingga memunculkan ketimpangan,”ujar Gafur Ibrahim.
Soal ketahanan negara, pengamat Dr Arqam Azikin menyatakan radikalisme itu sudah sejak lama dibahas. Bisa jika pemahaman agamanya sepotong sepotong, bisa karena ekonomi hingga soal. “Terorisme tak bisa tuntas karena tak pernah ada kerjasama dari lembaga yang kuat dan terstruktur,” jelasnya.
Masing-masing lembaga jalan sendiri, bahkan ada yang hanya memantau dan siap diperbantukan. Termasuk pembahasan di komisi I DPR RI sampai sekarang belum tuntas.
Arqam punya saran agar tak usah bicara radikalisme pada ormas NU dan Muhammadiyah sebab mekanisme perekrutan kadernya jelas.
“Yang perlu diajak diskusi yakni ormas atau kelompok yang kadernya mudah yang Sudah menjadi radikal,” terangnya.
Terkat peran partai politik islam dalam percegahan radikalisme Arqam. Bukan hanya parpol islam, tapi hampir semua parpol tak punya visi yang jelas pencegahan radilalisme.
“Saat dewan turun kebawah, paling bicara perda hingga program infrastruktur, namun harus selipkan soal radikalisme yang sumbunya ada di daerah bukan di Jakarta,”jelas Arqam. (Anas)