Anies Sebut ‘Otot Politik’ ini Kata Pakar Komunikasi Unhas

FOTO: Kanan Wali Kota Makassar Moh. Ramdhan Pomanto, Tengah Anies Baswedan dalam kegiatan Rakernas APEKSI di Kota Makassar.
FOTO: Kanan Wali Kota Makassar Moh. Ramdhan Pomanto, Tengah Anies Baswedan dalam kegiatan Rakernas APEKSI di Kota Makassar.

LEGIONNEWS.COM – MAKASSAR, Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tampil sebagai pembicara dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) berlangsung di Makassar. Kamis, (13/7/2023).

Anies tampil elegan sebagai pembicara utama. Kehadiran Anies Baswedan sebagai salah satu bakal calon presiden. Selain Anies, Prabowo dan Ganjar Pranowo juga tampil sebagai pembicara utama.

Anies menyebut pemerintah daerah dalam memimpin daerahnya untuk tidak mengunakan ‘Otot Politik’ hal itu dikatakannya setelah mendengar pertanyaan salah satu penanya tentang Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

“Izin mas Anies, bagaimana mas Anies memandang pembangunan Ibu Kota Negara Nusantara

Advertisement

“Bapak ibu semua kita adalah orang-orang yang dipilih secara politik melalui proses Pilkada. Didalam bapak ibu mengelola program, tentu merencanakan dengan baik, memiliki dasar yang kuat, dia tidak perlu menggunakan otot politik untuk bisa dilaksanakan,” kata Anies.

Lanjut, “Sesuatu yang punya dasar kuat yang dirasakan oleh masyarakat dengan sendirinya akan menggelinding, tapi dia tidak memiliki dasar yang kuat kemudian tidak jelas siapa yang mendapat manfaat siapa?” tanya Anies Baswedan.

“Wali kota itu harus kerja keras, jangan pakai otot politik untuk membuat program yang diinginkan dalam bentuk komunikasi satu arah, dari pemimpin (Wali Kota), tapi menggunakan komunikasi dua arah, tidak hanya program kerja berasal pikiran Wali Kota saja,”

“Walaupun ada RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) dari masyarakat tapi juga setiap program kerja dikerjasamakan dengan universitas setempat. Yang terjadi selama ini di depan mata kita, program Wali kota apa yang ada dipikirannya itu yang dilaksanakan,” terang Hasrullah.

Menurut pakar komunikasi itu. Persoalan di kota Makassar saat ini terbilang sangat kompleks, dari persoalan air (PDAM) yang dikorupsi hingga persoalan sampah.

“Panggung kejaksaan hari ini yang kita lihat bersama adalah kepala pemerintah tersandung masalah korupsi “Air Ledeng” yang menghancurkan nama baik dan wibawa pemerintahan. Citra buruk yang terjadi menyeret nama baik orang baik yang mendiami kota Makassar,” beber pakar komunikasi Unhas ini.

Kata Hasrullah, Kembali kepada penggunaan makna diksi ” Otot Politik”, sebaiknya para Wali Kota dalam menjalankan komunikasi politik dua arah dan menghilangkan egositas politik bahwa program itu diuji publik dengan melibatkan ahli-ahli berkompeten. Dan, lebih menfokuskan sebagai pemimpin mau mendengar kritik yang tajam terhadap program yang hanya pepesan kosong,” pungkasnya.

Kembali ke narasi “Otot Politik” yang dikatakan Anies sebagai pembicara di Rakernas Apeksi itu Sebagai pakar komunikasi, melihat kalimat pesan “Otot Politik” dari sisi ilmu komunikasi seperti apa?

“Ada pesan tersirat disitu, walaupun kalimat otot politik menjawab salah satu penanya terkait IKN. Kan saat Anies berbicara dibawa podium ada Wali kota Makassar sebagai tuan rumah dan para wali kota , Anies menyampaikan pesan tersirat nya itu,” ujar pakar komunikasi Universitas Hasanuddin (Unhas), Dr. Hasrullah,.MA. Jumat (14/7/2023).

Pakar komunikasi ini kemudian mengingatkan kepada seluruh kepala pemerintah daerah khusus nya di Sulsel. Seluruh program kerja itu harus terukur sesuai program kerjanya yang dituangkan didalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

Dia pun mengatakan pembangunan itu tidak pada konteks tiba masa, tiba akal.

“Kita ambil contoh, masalah sampah di kota Makassar. Janji mendirikan TPA Bintang 5 di Tamangapa, untuk pengelolaan sampah menjadi energi listrik (PSEL) namun belakangan, kan ada opsi lain pembangunan PSEL diluar TPA Tamangapa ini mungkin salah satu kategori oto politik yang disampaikan Anies sebagai pembicara utama di forum Rakernas APEKSI,” kata Hasrullah.

“Memobilisasi Camat, Lurah, RW dan RT itu juga bagian dari otot politik. Kita lihat almarhumah Masyita B, dia itukan berprofesi sebagai Ketua Rukun Tetangga (RT). Dia almarhumah hadir dalam kegiatan tarik tambang yang diikuti sekitar 5.000 orang. Sementara acara itu dikemas sebagai kegiatan alumni Unhas.

Lanjut, “Siapa almarhumah? Apakah dia alumni Unhas, bukan kan, Dikutip dari pemberitaan dia kan ketua RT. Disini kan jelas ada mobilisasi instrumen pemerintah kota, ini kan bisa kita kategori otot politik, kira-kira seperti itu,” tuturnya kembali. Jumat. (LN)

Advertisement