Anggota Komisi E DPRD Sulsel, Beri Apresiasi Diknas Sulsel Launching “Guru Bermutu”

FOTO: Ketua Badan Kehormatan DPRD Sulsel sekaligus Anggota Komisi E DPRD Sulsel Ir. Andi Muhammad Irfan AB, M.Si. (Kanan) menerima Tokoh Literasi dan Perbukuan Nasional Bachtiar Adnan Kusuma di ruang pimpinan Komisi E, Senin,  (8/11)
FOTO: Ketua Badan Kehormatan DPRD Sulsel sekaligus Anggota Komisi E DPRD Sulsel Ir. Andi Muhammad Irfan AB, M.Si. (Kanan) menerima Tokoh Literasi dan Perbukuan Nasional Bachtiar Adnan Kusuma di ruang pimpinan Komisi E, Senin,  (8/11)

LEGION NEWS.COM, MAKASSAR – Anggota Komisi E DPRD Provinsi Sulawesi Selatan Ir. Andi Muhammad Irfan AB, M.Si. menyambut Hari Guru Nasional pada 25 November 2021 dengan memberi apresiasi atas rencana Launching Guru Bergerak Menulis Satu Buku (Guru Bermutu)

Panitia Hari Guru Nasional Dinas Pendidikan Provinsi Sulsel yang rapat panitia dipimpin Plt. Kadis Pendidikan Sulsel Ir.H. Imran Jauzi, M.Pd. dan Sekdis Pendidikan H. Hery Sumiharto, S.E.M.Ed, Selasa 9 November 2021 di Ruang Guru Dinas Pendidikan Provinsi Sulsel.

Gerakan Guru Bergerak Menulis Buku digagas Tokoh Literasi Penerima Penghargaan Nugra Jasadharma Pustaloka Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Bachtiar Adnan Kusuma yang saat ini membina dan mendampingi Guru Menulis Buku Sekolah Islam Athirah diikuti 25 orang peserta dari guru-guru pilihan Athirah yang telah bergerak sejak September 2021 dan berakhir Februari 2022 dengan One Teacher One Book.

Launching Guru Bermutu dan Seminar Literasi dan Numerasi menjadi agenda Panitia HGN Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan yang diketuai Sabri, S.Pd.M.Pd.

Advertisement

Andi Muhammad Irfan AB, mendukung program Seminar Literasi dan Numerasi yang dirangkaikan peluncuran Guru Bergerak Menulis Satu Buku.

Menurut Andi Irfan, Gerakan Membaca dan Menulis sangat penting terutama kalangan guru-guru pada tingkatan SMA, SMK dan SLB di Sulawesi Selatan.

Sebab hanya dengan membaca dan menulis bagi guru-guru akan menjadi aksi nyata pentingnya guru menulis buku sebagai sebuah kecakapan dan keterampilan khusus yang dimiliki para guru.

Menyambut HGN, Andi Irfan selain akan menggelar diskusi buku tentang guru, ia juga akan mengumpulkan pegiat literasi, pustakawan sekolah dan guru-guru dalam sebuah Workshop Minat Baca dan Menulis yang diselenggarakan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulsel di Kab. Maros.

Sementara Bachtiar Adnan Kusuma, prihatin dan tergugah yang selalu saja kalau bicara tentang minat baca, negara kita belum bisa diandalkan. Lagi-lagi harus mengurut dada kalau harus membaca hasil survei dunia tentang minat baca Indonesia.

Biasanya data yang sering dipakai adalah data keluaran UNESCO dan survei PISA (Progamme for International Student Assessment. Misalnya saja, kata Juru Bicara Humas TPLD Sulsel ini, UNESCO merilis data bahwa minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan. Hanya 0,001 persen.

Artinya dari 1000 penduduk, hanya satu yang gemar membaca buku. Kalau data PISA, tidak jauh beda. Indonesia berada di urutan ke-64 dari 72 negara yang disurvei.

Pertanyaannya, kata BAK, apakah memang masyarakat Indonesia malas membaca buku?

Apakah minimnya minat baca masyarakat di Indonesia akibat mereka lebih suka menatap layar gawai daripada lembaran buku?

Hari ini kita perlu perspektif yang lain mengapa Indonesia belum bisa berbicara banyak untuk urusan minat baca. Dari sekian deret masalah literasi di Indonesia, menarik kita menyinggung satu sisi yang masih jarang disentuh, yaitu jumlah buku. Jumlah penduduk kita sekitar 270,27 juta jiwa.

Berapa jumlah buku yang beredar dari Sabang sampai Merauke? Ternyata hanya sekitar 22.318.000 buku. Jadi kalau dibandingkan antara jumlah buku dengan penduduk Indonesia akan ketemu angka perbandingan 0,09. Dan ini adalah rasio yang sangat kecil.

Angka itu sama saja dengan satu buku ditunggui oleh 11 orang. Ini pun kalau kita berasumsi penyebaran bukunya merata di seluruh nusantara. Sementara faktanya tidak begitu.

Penyebaran buku masih banyak terpusat di daerah Jawa. Sementara daerah luar Jawa, terutama daerah pedalaman, masih kesulitan mendapatkan bahan bacaan yang layak.

Maka salah satu cara untuk keluar dari masalah ini, menurut Mentor utama Gerakan Menulis Athirah dan Penggagas Sekolah Menulis Maros Keren ini adalah memperbanyak jumlah buku.

Tidak sekadar memperbanyak jumlah eksemplarnya, tapi juga memperbanyak judulnya. Tidak ada jalan lain kecuali menulis buku. Berbagai kalangan harus dimotivasi bahkan kalau bisa “dipaksa” untuk menulis buku.

Bak kembali menegaskan kalau atas dasar itulah terpikirkan membentuk satu gerakan yang masif untuk para guru. Agar mereka segera mengambil peran sebagai pejuang literasi untuk menggandakan jumlah buku, sebagai salah satu produk literasi yang terpenting.

Satu gerakan yang namanya pun telah disiapkan; Guru Bermutu yang merupakan singkatan dari Guru Bergerak Menulis Satu Buku. Jadi kita mulai dari target yang sederhana yaitu satu guru, satu buku dulu. “Semoga nanti ada efek candu untuk menghasilkan buku-buku selanjutnya” kunci BAK. ***

 

Advertisement