Aliran Sungai Poso Dibom, Akvitis Lingkungan Hidup Soroti Perusahaan Milik JK

 

Foto Danau Poso

POSO||Legion-news.com Aktivis lingkungan hidup di Sulawesi Tengah, Kabupaten Poso mengkritisi penataan Sungai Poso dengan cara Dibom untuk menaikan debit air untuk turbin Pembangkit Listrik Tenaga Air

Sungai Poso dibom, oleh Poso Energy, perusahaan milik Jusuf Kalla. Lokasi pengeboman 12.8 km. Nama program: penataan sungai Poso. Tujuan: naikkan debit air u/ turbin PLTA perusahaan. Jargon: lapangan kerja

Bendungan PLTA di Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kab.Poso ( 23 Juni 2019 ) Foto : Dok.Mosintuwu/RayRarea

“Awalnya sedimentasi dianggap penyebab masalah. Harus dikeruk. Lalu, batu-batuan dianggap mengganggu aliran air u/ turbin. Harus dibom. JK bilang : ini u pembangunan, Pemda bilang : buka lapangan kerja.” unggahan @LianGogali, Sabtu (6/2)

Advertisement

“PLTA Poso Energy bukan hanya menghancurkan biota tapi jg menghilangkan kebudayaan danau, hilangkan nelayan”

“Cerita Poso bukan soal konflik, tapi rusaknya keanekaragaman hayati, hilangnya kebudayaan.”

“Para peneliti, akademisi sudah mengingatkan, aktivitas pengerukan dan bendungan PLTA merusak habitat Danau Poso. Apalagi bom.”

“Bagi orang Poso, danau Poso bukan sekumpulan air, tapi sebuah ekosistem kehidupan, sebuah kebudayaan.”

“Bagi perusahaan JK dan pemerintah, danau Poso adalah ambisi proyek listrik nasional 35.000 megawatt.”

“Untuk ambisi proyek listrik nasional, Poso Energy milik JK akan bikin 4 bendungan di sepanjang 52 km outlet Danau Poso. Skrg sdh ada 2 bendungan”

“Peradaban budaya Danau dan Sungai Poso dirusak. Tapi namanya : penataan sungai Poso”

“Pengeboman outlet #danauposo dilakukan sejak 2019. Komunitas Penjaga Danau Poso sdh pernah lapor ke Polsek, tdk dihiraukan, sebaliknya komunitas diminta u membuktikan perusakan lingkungan. Kuasa JK memang ngerii” tutup unggahan @LianGogali, Sabtu (6/2)

SOROTAN

Para peneliti mencemaskan kegiatan pengerukan, pembuatan bendungan untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) merusak habitat dan ekosistem Danau Poso. Pengerukan dan perubahan wilayah transisi perairan-daratan menjadi sawah dan lahan kering dikhawatirkan merusak habitat Danau Poso. Hal itu bisa mengancam kelestarian biota endemik di danau terluas ketiga di Indonesia.

Doktor Lukman, dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pengerukan outlet atau aliran sungai dari danau ke laut untuk PLTA dikhawatirkan akan menyebabkan penyurutan luas wilayah litoral yang kaya hewan akuatik, plankton, dan berbagai hewan lainnya. Padahal wilayah itu berfungsi sebagai tempat ikan mencari makan.

ā€œAkan terjadi penyurutan wilayah litoral jika pengerukan itu berlangsung, karena dengan pengerukan outlet itu akan menurunkan muka air danau dan fluktuasi muka air juga akan berubah,ā€ kata Lukman dalam diskusi virtual, Sabtu (6/6).

Diskusi bertema ā€œDanau Poso, Danau Purba Jantungnya Wallace, Strategi Pengelolaan dan Konservasi di Era Kenormalan Baruā€, diadakan oleh Masyarakat Iktiologi Indonesia (MII).

Dengan luas 365,427 kilometer persegi, Danau Poso di Sulawesi Tengah, adalah satu dari dua danau purba di Indonesia. Pembentukan Danau Poso oleh aktivitas tektonik diperkirakan terjadi 2 juta tahun lalu.

Sejak 2019, sudah dilakukan pengerukan outlet danau sepanjang 12,8 kilometer. Pengerukan itu antara lain untuk memenuhi kebutuhan debit air PLTA Poso .

Lukman menjelaskan banjir akibat luapan air danau sering menjadi pembenaran untuk melakukan pengerukan danau yang berakibat penurunan permukaan danau. Namun, penurunan permukaan danau itu menghilangkan pola pasang-surut air pada musim hujan dan musim kemarau untuk menggenangi tepian. Padahal wilayah tepian yang kaya biota itu membutuhkan genangan air dalam jumlah yang memadai.

ā€œSecara ekosistem danau, itu menganggu sebetulnya,ā€ ujar Lukman ā€œketiga ini yang sudah kita lihat adalah terputusnya alur ruaya di sungai Poso dengan adanya pembangunan untuk bendungan PLTAā€ ungkap peneliti LIPI itu

Profesor Krismono, peneliti ahli utama dari Kementerian Kelautan Perikanan (KKP), mengungkapkan keberadaan bendungan PLTA telah memutus alur ruaya atau migrasi alami ikan tersebut. Ikan sejenis belut yang bernilai ekonomi tinggi itu, menghabiskan separuh siklusnya hidupnya di laut dan separuh di air tawar. Siklus hidup yang unik itu membuat ikan sidat sulit diternakkan secara komersial.

Ikan endemik danau Poso itu berenang menuju teluk Tomini untuk kawin, bertelur, dan kemudian mati.

Anak-anak ikan sidat yang menetas di laut, akan berenang menuju muara dan masuk ke danau Poso untuk berkembang menjadi induk. Keberadaan bendungan PLTA Poso menghadang ruaya anak-anak ikan sidat menuju danau Poso.

Situasi itu sudah dicoba diatasi dengan pembuatan fishway atau jalan ikan tapi tidak efektif karena banyak anak ikan sidat atau elver tersangkut di kaki bendungan.

ā€œSebelum naik ke danau itu sekarang kan ada bendungan, jadi tertahan di intake (celah masuk air), di sini banyak elver yang berukuran sekitar 15 centimeter yang seharusnya sudah bisa naik ke danau, tertahan disini. Ini yang terjadi pada saat ini,ā€ ungkap Krismono.

Krismono mengusulkan untuk menjaga kelestarian sidat danau Poso, anak-anak ikan sidat bisa ditangkap dan ditebar di Danau Poso.

Hasanuddin Atjo, tenaga ahli pada Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah, mengakui masih perlu banyak diskusi mengenai jalan ikan di PLTA Poso. Namun penebaran benih ikan sidat dalam jumlah besar sudah dilakukan setiap tahun untuk menjaga keberlangsungan ikan endemik danau Poso tersebut

ā€œSetiap tahun ada restocking yang ukuran relatif lebih besar sehingga terdeteksi betul jenis yang direstocking,ā€ ujar Hasanuddin yang juga mantan kepala Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah tersebut. Menurutnya juga perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat yang tinggal di sekeliling danau serta sepanjang aliran sungai Poso untuk mulai melakukan kegiatan budidaya ikan-ikan endemik danau Poso, seperti budidaya pembesaran ikan Sidat. [yl/ft]

Catatan Redaksi :Ā Tulisan telah dimuat di voaindonesia.com pada tanggal 9 Juni 2020

 

Advertisement