Aksi Mahasiswa di Makassar Berujung Petisi Copot Kapolri

0
FOTO: Salah seorang pengemudi ojek online di kota Makassar saat membumbui tandatangan petisi copot Kapolri oleh aktivis Gerakan Aksi Mahasiswa. (Istimewa)
FOTO: Salah seorang pengemudi ojek online di kota Makassar saat membumbui tandatangan petisi copot Kapolri oleh aktivis Gerakan Aksi Mahasiswa. (Istimewa)

LEGIONNEWS.COM – MAKASSAR, Puluhan Mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Aktivis Mahasiswa (GAM) kembali menggelar aksi Pra-Kondisi di pertigaan Jalan Boulevar dan AP Pettarani di Makassar, Sulawesi Selatan. Jumat malam (29/8).

Dalam keterangan jenderal lapangan, Fajar Wasis mengatakan aksi Jumat malam ini menjadi momentum penandatanganan petisi pencopotan Kapolri sebagai bentuk penegasan sikap politik mahasiswa terhadap tragedi kemanusiaan yang baru-baru ini terjadi.

Dalam aksi ini, GAM menegaskan tiga poin utama tuntutan:

Pertama; Copot Kapolri.

Kedua; Tangkap dan adili seluruh oknum yang terlibat dalam kasus tewasnya driver ojol Affan Kurniawan.

Ketiga; Hentikan segala bentuk tindakan represif terhadap ruang-ruang demokrasi rakyat

Fajar Wasis sebagai jenderal lapangan beranggapan bahwa tragedi kemanusiaan terhadap Affan Kurniawan adalah cermin gagalnya kepolisian menjalankan amanah konstitusi.

“Tragedi tewasnya driver ojek online, Affan Kurniawan yang dilindas mobil Brimob pada 28 Agustus 2025, menjadi bukti nyata bahwa kepolisian telah gagal menjalankan fungsi sebagai pelindung dan pengayom rakyat,” ujar Fajar Wasis dalam keterangannya itu kepada media diterima Jumat malam.

Katanya, Aparat yang seharusnya menjaga keamanan justru berubah menjadi ancaman yang mencederai demokrasi dan merenggut nyawa rakyat kecil yang tengah mencari nafkah.

Bagi Fajar, Reformasi Total Kepolisian adalah harga mati. Tidak ada alasan bagi pemerintah untuk membiarkan tragedi seperti ini terus berulang.

“Kapolri harus segera dicopot, aparat yang terlibat harus diadili, dan ruang demokrasi rakyat harus dilindungi, bukan dibungkam,” tulis Fajar dalam keterangannya itu.

Di waktu yang sama, Panglima Besar Gerakan Aktivis Mahasiswa Banggulung juga menegaskan bahwa, Tindakan represif aparat kepolisian dengan melakukan penahanan ratusan massa aksi semakin memperlihatkan wajah asli institusi yang kerap mengedepankan kekerasan dibandingkan perlindungan terhadap rakyat.

“Fakta ini menjadi alarm bagi kita semua bahwa demokrasi di Indonesia sedang berada di ujung tanduk,” tegasnya

“Aksi pra-kondisi ini akan terus berlanjut dan akan mencapai puncaknya pada esok pagi,” Jelasnya. (*)

Advertisement