Airlangga Berprestasi Mundur, DPD Golkar Sulsel Minim Prestasi?

FOTO: Ir. Santos Alam, Kader Muda Golkar Sulsel, Alumni Golkar Institut
FOTO: Ir. Santos Alam, Kader Muda Golkar Sulsel, Alumni Golkar Institut

Penulis: Ir. Santos Alam
kader Muda Golkar Sulsel, Alumni Golkar Institut

LEGIONNEWS.COM – OPINI, Dinamika Partai GOLKAR selalu jadi perbincangan publik, baik dilevel nasional maupun di daerah. Hal ini tentu saja karena partai GOLKAR memiliki kharisma sebagai partai yang besar dengan demokrasi yang sangat terbuka, keterbukaan partai inilah yang membuat kader terlatih untuk menghadapi berbagai kondisi baik secara internal maupun eksternal.

Kejadian mundurnya ketua umum Airlangga Hartarto di sebagian penikmat berita politik jadi mengejutkan atau bahasa jurnalis senior membuat ‘melongo’. Namun dalam tradisi partai GOLKAR hal ini bisa saja jadi bagian dari keniscayaan politik, apalagi di partai GOLKAR, partai yang paling dinamis di negeri ini, atau partai yang paling luas kran Demokrasi nya atau mungkin partai yang tidak kental dengan tradisi politik aristokrasi.

Airlangga mundur disaat persepsi masyarakat atau internal partai telah membawa keberhasilan atau prestasi gemilang setelah partai ini diterpa berbagai persoalan; konflik, persoalan ketua yang terjerat kasus hukum, dan pilihan afiliasi kekuasaan, dan lain lain.

Advertisement

Setiap situasi dan kondisi di partai akan selalu jadi objek analisis para kader, pengamat dan pengobrol politik, dan hal itu terbuka luas di partai ini.

Prestasi Airlangga memimpin GOLKAR dengan berbagai dinamika, lalu kemudian mundur dari kepemimpinan partai adalah sebuah ironi, maka jadilah spekulasi luar terkait layar belakangnya. Lantas bagaimana dengan Sulawesi Selatan, Provinsi yang selalu jadi Lumbung suara saat ini justru tumbang, di legislatif Provinsi tertinggal dan hanya mendapatkan kursi wakil, kemudian dari 24 kab/Kota GOLKAR hanya menang di 6 kabupaten.

Tentu saja ini yang semestinya membuat kader ‘melongo’, pun soal mundurnya ketum itu adalah bagian dari dinamika partai GOLKAR yang memang seringkali terjadi.

Sepertinya memang saatnya mengkoreksi tradisi menang, partai GOLKAR Sulsel dengan 3 hal:

PERTAMA, Raihan pileg di 11 Dapil di SULSEL secara angka partai GOLKAR mampu menambah 1 kursi, namun kehilangan kursi ketua DPRD SULSEL karena dikalahkan dalam perolehan jumlah kursi di DPRD oleh partai Nasdem. Apakah kemudian bertambah nya 1 kursi adalah prestasi secara angka mungkin iya namun dalam politik tentu saja tujuannya adalah pemilik kekuasaan kewenangan dan itu adalah kursi ketua.

KEDUA, Konsolidasi Organisasi dalam rangka soliditas partai menghadapi PILKADA semestinya berjalan dengan mengusung kepentingan Partai, namun hal ini tidak berjalan sehingga momentum pilkada 2024 terkesan tidak berjalan baik bagi partai GOLKAR. Dimana kader-kader terbaik partai di level kab/kota kurang memiliki kekuatan loby, untuk positioning kekuasaan di daerah.
masing-masing.

KETIGA, Roda organisasi secara manajerial tidak tampak baik-baik saja.

Mengingat poin-poin ini semua maka upaya koreksi tentu jadi pilihan terbaik untuk memantapkan konsolidasi partai menghadapi momentum pilkada ke depan.

Advertisement