Ekonom Indef: Neo-bank Ancam Bank Tradisional, Gojek dan Grab Investasi di Dunia Bank Digital

Foto Ilustrasi

EKONOMI||Legion News – Sistem transaksi keuangan Indonesia dalam beberapa waktu kedepan akan berubah secara drastis, Data Bank Indonesia terakhir menunjukkan ada 38 penerbit uang elektronik di Indonesia.

Uang elektronik memang makin marak di Indonesia. Menurut catatan Bank Indonesia, pada semester I 2019, nilai transaksinya melonjak hingga 171 persen dibanding semester I tahun sebelumnya.

Pada rentang Januari-Juni 2019, ada duit sebesar Rp56,1 triliun yang dipertukarkan dalam transaksi elektronik. Uang sebesar itu berpindah dalam 2,26 miliar kali transaksi. Tahun lalu, pada rentang yang sama, ‘hanya’ Rp20,66 triliun yang ditransaksikan secara elektronik, yang tersebar dalam 1,24 miliar transaksi.

Advertisement

Dilansir dari pemberitaan CNBC Indonesia, Dua raksasa ride hailing, Gojek dan Grab baru saja masuk ke dunia bank digital.

Fenomena ini kemungkinan harus diwaspadai oleh perbankan besar yang sudah ada sebelumnya.

Menurut Ekonom Indef, Bhima Yudistira, neo-bank harus menjadi kewaspadaan bagi bank-bank tradisional. Dia menuturkan jika neo-bank bukan digital bank yang hanya memiliki digital banking serta sudah melayani transfer.

Neo-bank, dijelaskan Bhima adalah sudah full digital dan tidak memiliki kantor cabang sama sekali.

Dia menuturkan alasannya karena perusahaan ride hailing seperti Gojek sudah memiliki jutaan basis customer dan jangkauan mencapai ke daerah-daerah.

“Dan juga ke depan menjadi kebutuhan masyarakat untuk layanan perbankan lebih cepat lebih simple ya ini yang bisa jadi ancaman oleh ekosistem yang sudah terbentuk begitu dari hulur sampai hilir dari jasa produk sampai keuangannya nah ini jadi ancaman serius untuk perbankan,” kata Bhima, Senin (21/12/2020).

Menurutnya, para bank-bank yang masih mengandalkan cara konvensional perlu bersiap-siap menghadapi pemain baru ini.

“Ya siap-siap bank masih mengandalkan cara konvensional biaya operasional tinggi dan masih membuka kantor cabang, ini yang akan dikalahkan,” ungkapnya.

Sebelumnya, Gopay yang terafiliasi dengan Gojek di ketahui pemegang saham baru di PT Bank Jago Tbk (ARTO).

Kepemilikan sahamnya mencapai 22,16% dan diperkirakan total dana yang dikeluarkan mencapai Rp2,77 triliun.

Sementara itu Grab bersama raksasa telekomunikasi Singapura, Singtel baru saja mengantongi lisensi bank digital yang dikeluarkan bank sentral Singapura, Monetary Authority of Singapore (MAS).

Pihak Singtel tak mengakui jika langkah perusahaan dan Grab membuat bank digital adalah cara menjatuhkan bank-bank yang sudah mapan sebelumnya.

Kepala Eksekutif Bisnis Internasional Singtel, Arthur Lang menyatakan bank konvensional menjadi pesaing yang kuat dan tangguh serta telah memiliki bisnis digital yang sukses.

Namun di sisi lain, Lang menyebutkan pemain baru bisa menawarkan solusi perbankan untuk pihak-pihak yang belum terlayani di Singapura.

Uang elektronik memang makin marak di Indonesia. Menurut catatan Bank Indonesia, pada semester I 2019, nilai transaksinya melonjak hingga 171 persen dibanding semester I tahun sebelumnya.

Pada rentang Januari-Juni 2019, ada duit sebesar Rp56,1 triliun yang dipertukarkan dalam transaksi elektronik. Uang sebesar itu berpindah dalam 2,26 miliar kali transaksi. Tahun lalu, pada rentang yang sama, ‘hanya’ Rp20,66 triliun yang ditransaksikan secara elektronik, yang tersebar dalam 1,24 miliar transaksi.

Dengan nilai transaksi ini, tak heran banyak pelaku bisnis melirik uang elektronik. Data Bank Indonesia terakhir menunjukkan ada 38 penerbit uang elektronik di Indonesia. (**)

Advertisement