MAKASSAR||Legion News – Wali kota Makassar 2004-2014, Ilham Arief Sirajuddin ikut bereaksi keras terkait rekaman identik dengan suara Danny Pomanto yang menyebut mantan wakil presiden RI, HM Jusuf Kalla sebagai dalang di balik penangkapan Menteri KKP, Edhie Prabowo oleh KPK.
Tokoh politik yang dikenal sebagai salah satu anak kesayangan JK ini menuding Danny Pomanto sebagai politisi yang tidak bisa menghargai orang tua.
“Adanya rekaman itu sangat saya sesalkan. JK itu orang tua warga Sulsel yang saat ini lebih banyak mengabdikan diri untuk kegiatan sosial. Tega-teganya difitnah dengan tudingan yang tidak berdasar,” ujar Ilham usai menyaksikan rekaman suara DP tersebut, Sabtu 5 November 2020.
Ilham mengaku, seharusnya cukup dirinya saja yang mengalami perbuatan zalim dari DP dalam bentuk pengingkaran segala bantuan dan sokongan di masa lalu.
“Kalau DP juga merasa JK tidak punya andil bagi diri dan karir politiknya sehingga tega memfitnah demikian kejam, seharusnya DP paham bahwa JK banyak berjasa kepada Sulsel. Tidak cukupkah saya saja? Kenapa orang yang saya dan warga Sulsel anggap sebagai orang tua ini juga difitnah begini? Apa masalahnya sampai begitu benci sama beliau (JK-red),” berang Ilham.
Ilham menilai, yang terbongkar belakangan ini soal kebiasaan DP memfitnah dan bercerita jelek di belakang orang, membuktikan DP memang tidak paham bagaimana itu karakter Bugis-Makassar. Ini bukan pertama rekaman DP bercerita jelek tentang tokoh Sulsel terbongkar.
Sebelumnya, rekaman DP memfitnah mentan SYL ada deal untuk menggolkan None sebagai wakilnya, dan menuding Partai Nasdem yang ikut membesarkannya diisi elite yang tinggi hati, sempat terbongkar.
Sabtu 5 Desember, lini masa warga Indonesia dibuat geger dengan beredarnya rekaman video dan suara mirip Mohammad Ramdhan ‘Danny’ Pomanto. Berdurasi 1 menit 58 detik.
Rekaman yang diduga suara Danny Pomanto yang menurut video tersebut berlokasi di Jalan Amirullah (kediaman Danny Pomanto di Makassar), pada 27 November 2020, menyinggung sejumlah tokoh-tokoh besar di negeri ini.
Sebut saja Wakil Presiden ke 10 dan 12 RI Jusuf Kalla (JK), Presiden Joko Widodo, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Mantan Menteri KKP Edhy Prabowo, penyidik senior KPK Novel Baswedan hingga pentolan FPI Habib Rizieq Shihab (HRS).
Percakapan itu awalnya menyinggung peristiwa tangkap tangan Menteri KKP Edhy Prabowo di Bandara Soekarno Hatta Jakarta, oleh KPK yang dikomandoi Novel Baswedan.
Setelahnya, suara yang diduga Danny Pomanto itu menyimpulkan bahwa penangkapan yang dipimpin Novel Baswedan itu erat kaitannya dengan JK dan Anies Baswedan. Artinya, menyimpulkan KPK sebagai alat politik JK-Anies.
“Kalau urusannya Edhy Prabowo ini, kalau Novel (Baswedan) yang tangkap berarti JK (Jusuf Kalla) – Anies Baswedan. Maksudnya kontrolnya di JK,” katanya.
Percakapan itu mengalir lebih dalam hingga menyinggung para penguasa negeri ini. Menurut suara yang diduga Danny, JK secara tersirat telah menyerang Prabowo. Dan membenturkannya dengan Presiden Jokowi. Pasalnya, Prabowo yang merupakan Ketum Gerindra dan Edhy sebagai Waketum Gerindra disebut telah mengkhianati kepercayaan presiden.
“Artinya dia sudah menyerang Prabowo. Yang kedua nanti seolah-olah Pak Jokowi yang suruh, akhirnya Prabowo dan Jokowi baku tabrak. Ini kan politik,” tuturnya lagi.
Menurutnya, dengan ramainya pemberitaan terkait penangkapan Edhy selepas lawatannya dari Amerika dalam kasus suap benih lobster, isu bahwa JK merupakan aktor di balik kepulangan Rizieq Shihab pun perlahan menguap.
“Kemudian mengalihkan (isu) Habib Rizieq. Ini mau digeser JK dan Habib Rizieq. Karena JK yang paling diuntungkan dengan tertangkapnya Edhy Prabowo. Coba siapa yang paling diuntungkan. JK lagi dihantam, beralih ke Edhy Prabowo kan,” ujar rekaman yang begitu identik dengan suara Danny Pomanto itu.
“Kemudian Prabowo yang turun karena dianggap bahwa korupsi pale disini, calon presiden to. Berarti Anies dan JK yang diuntungkan. Kemudian (Prabowo) mengkhianati Jokowi. Jadi yang paling untung ini JK. Begitu memang chaplin. Jago memang mainnya. Tapi kalau kita hapal, apa yang dia mau main ini,” tegasnya kemudian.
Di akhir video, Danny kembali menyerukan kepada seluruh masyarakat, jangan pilih tukang fitnah, jangan pilih omong kosong. (*)