LEGIONNEWS.COM – MAKASSAR, Rais Aam PBNU dan dua Wakil Rais Aam menggelar rapat usai Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) merekomendasikan agar KH Yahya Cholil Staquf dicopot dari jabatannya sebagai Ketua Umum PBNU.
Rapat Pengurus PBNU di pimpin KH Miftachul Ahyar. dikutip dari risalah rapat harian syuriah PBNU rapat itu berlangsung di Hotel Aston City Jakarta pada Kamis petang (29/11/2025).
Risalah itu terdiri atas 4 poin penting untuk mencopot KH Yahya Cholil Staquf dari jabatannya sebagai Ketua Umum PBNU.
Huruf A;
“Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf harus mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, dalam waktu 3 (tiga) hari terhitung sejak diterimanya keputusan Rapat Harian Syuriyah PBNU.”
Hrug B;
“Jika dalam waktu 3 (tiga) hari tidak mengundurkan diri, Rapat Harian Syuriyah PBNU memutuskan memberhentikan KH Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama,”
Potongan surat keputusan tertanggal 20 November 2025 dilihat LEGIONNEWS.COM, Jumat (21/11/25).
Dalam potongan surat keputusan itu, diteken oleh Pimpinan Rapat, Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar.
Terkait itu Direktur Eksuktif CSIIS (Center for Strategic on Islamic and International Studies) Dr M Sholeh Basyari angkat bicara.
Dirinya merasa heran dengan keputusan Rais Aam dan Wakil Rais Aam yang mencopot KH Yahya Cholil Staquf dari jabatan Ketua Umum PBNU.
“Saya juga heran. Ada apa di PBNU? Bukankah Rais Aam dan Ketum PBNU itu sama-sama mandataris muktamar,” Sholeh Basyari kepada media. Jumat.
“Masak Rais Aam bisa membuat musyawarah sendiri memecat Ketua Umum PBNU?” tanya Sholeh Basyari yang juga dikenal sebagai tokoh muda NU.
“Kalau benar, ini memprihatinkan. Dan sejumlah sumber sudah membenarkan hal tersebut (keputusan masyarakah Rais Aam dan dua wakilnya red.),” tambah Dr Sholeh. (*)

























