LEGIONNEWS.COM – Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, yang menolak penggunaan APBN untuk menalangi utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) jadi perhatian Aktivis sekaligus akademisi, Ubedilah Badrun.
Ubedilah menilai keputusan Menteri Keuangan bukan sekadar soal angka, melainkan sinyal kuat terkait tata kelola yang bermasalah.
“Karena awalnya kan B2B (business to business), kenapa tiba-tiba muncul Perpres (Nomor 93 Tahun 2021) boleh ditanggung APBN, padahal kan perjanjian awalnya tidak begitu,” tegas Ubedilah dalam Podcast Inilah ‘Jurnalisik’, dikutip Senin (3/11/2025).
Ubedilah menekankan, jika utang PT KAI maupun proyek KCJB ditutup melalui APBN, konsekuensinya bisa menjadi beban serius bagi keuangan negara.
Menurutnya, sikap Purbaya tidak hanya soal menolak pembiayaan dari APBN, tetapi juga membuka tabir persoalan tata kelola yang selama ini tidak transparan.
“Sebetulnya Pak Purbaya tidak hanya ingin mengatakan pembiayaan utang dari Whoosh enggak boleh dari APBN, tetapi Pak Purbaya mau mengatakan bahwa ini ada persoalan tata kelola yang tidak beres yang harus dibongkar,” ujarnya.
Dalam logika bisnis negara, pengeluaran uang negara harus berlandaskan tata kelola yang benar.
“Lalu kalau tata kelola yang tidak benar, ngapain menjadi beban APBN,” lanjut Ubedilah.
Sebelumnya, Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa APBN tidak boleh digunakan untuk menalangi utang Whoosh.
Sebagai induk BUMN, Danantara dinilai sudah memiliki kemampuan finansial untuk menangani utang PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), terutama karena aliran dividen yang masuk langsung ke kas holding.
“Mereka kan sudah punya manajemen sendiri, sudah punya dividen sendiri, yang rata-rata setahun bisa dapat Rp80 triliun atau lebih,” ujar Purbaya, Jumat (10/10/2025).
Selama ini, dividen dari berbagai BUMN masuk ke negara melalui APBN, tepatnya di pos Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari Kekayaan Negara yang Dipisahkan.
Dengan potensi penerimaan yang besar itu, Purbaya menekankan, Danantara harus mampu mengoptimalkan sumber dananya sendiri.
“Harusnya mereka manage dari situ, jangan sampai kita lagi, karena kan kalau enggak ya semuanya kita lagi,” tegasnya. (*)
		
			























