LEGIONNEWS.COM – MAKASSAR, Pengamat kebijakan publik dan Direktur Profetik Institute, Asratillah, menilai pemaparan visi-misi calon Rektor Universitas Hasanuddin (UNHAS) periode 2026–2030, khususnya yang disampaikan oleh Prof. Jamaluddin Jompa, menunjukkan kematangan berpikir dan ketajaman dalam mengartikulasikan gagasan akademik secara lugas, padat, dan jelas.
Dalam forum resmi penyaringan calon rektor yang dihadiri oleh Majelis Wali Amanat (MWA) dan Senat Akademik (SA) UNHAS, Prof. Jamaluddin Jompa — yang juga merupakan petahana — memaparkan arah kebijakan pengembangan universitas sebagaimana tertuang dalam dokumen kertas kerja calon rektor. Menurut Asratillah, penyampaian tersebut memperlihatkan kemampuan komunikasi yang tidak hanya informatif, tetapi juga reflektif terhadap realitas kampus.
“Prof. Jamaluddin berbicara dengan bahasa yang efektif: tidak berputar pada slogan, tapi pada makna dan arah. Ide-idenya tersusun logis, berbasis capaian nyata, dan terhubung langsung dengan kebutuhan strategis universitas,” ujar Asratillah Senin (3/11/2025)
Ia menilai, keberhasilan Prof. Jamaluddin dalam mengkomunikasikan visi dan misi tidak terlepas dari konsistensi kepemimpinannya selama menjabat rektor. Di bawah kepemimpinannya, UNHAS menunjukkan lompatan signifikan dalam reputasi global, menembus peringkat 951–1000 dunia versi Times Higher Education (THE WUR) serta menempati posisi 201 di Asia. Capaian tersebut, kata Asratillah, menjadi bukti bahwa gagasan yang dikomunikasikan bukan sekadar wacana, melainkan hasil dari proses yang terukur.
“Kekuatan Prof. Jamaluddin ada pada kemampuannya menghubungkan ide dengan bukti. Ia tidak menjual retorika, melainkan menampilkan kesinambungan antara visi dan hasil,” tambahnya.
Lebih jauh, Asratillah juga mengapresiasi seluruh calon rektor lain yang turut menyampaikan visinya secara terbuka. Ia menilai, dinamika pemaparan visi-misi kali ini menjadi ruang pembelajaran publik yang penting, karena memperlihatkan kualitas akademik dan komitmen intelektual dari para calon pemimpin universitas.
“Kita perlu memberi penghargaan bagi semua kandidat yang telah hadir dengan semangat yang sama, menguatkan UNHAS sebagai universitas unggulan. Proses ini menunjukkan kedewasaan demokrasi di ruang akademik,” jelasnya.
Namun demikian, menurut Asratillah, kejelasan dan kedalaman cara Prof. Jamaluddin menyampaikan gagasannya memberi nilai lebih dalam konteks penilaian publik dan kelembagaan. Visi yang disampaikannya dinilai konkret, tidak abstrak, dan menyentuh langsung dimensi-dimensi strategis universitas: kemandirian akademik, hilirisasi riset, digitalisasi tata kelola, serta penguatan jejaring global.
> “Bahasanya tidak berjarak dari audiens akademik, tapi juga mudah dimengerti publik luas. Itulah bentuk komunikasi yang efektif di ruang pendidikan tinggi,” tutup Asratillah.
Menurutnya, forum penyampaian visi-misi rektor kali ini menjadi contoh baik bagaimana perguruan tinggi negeri dapat membangun tradisi dialog yang sehat, rasional, dan berorientasi pada substansi. Dari situ, masyarakat kampus dan publik dapat menilai bahwa kepemimpinan akademik bukan sekadar soal siapa yang berbicara paling keras, melainkan siapa yang berbicara paling jelas dan konsisten dengan nilai-nilai universitas. (“(

























