Menkeu Kabarnya Menyetujui Anggaran Senilai Rp146 triliun untuk Pembelian Jet Tempur Asal China

0
FOTO: Jet Tempur asal China, Chengdu J-10C. (Istimewa)
FOTO: Jet Tempur asal China, Chengdu J-10C. (Istimewa)

LEGIONNEWS.COM – Rencana pemerintah membeli Jet Tempur asal China, Chengdu J-10C telah menemui titik terang. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyetujui anggaran senilai US$9 miliar atau setara Rp146 triliun untuk akusisi alat utama sistem senjata (alutsista) modern ini yang nantinya akan menambah kekuatan alutsista Jet Tempur yang dioperasikan oleh TNI-AU.

Chengdu J-10 dengan julukan “Vigorius Dragon” merupakan jet tempur generasi 4,5 dengan kemampuan multirole. Pesawat ini dibuat oleh Chengdu Aircraft Industry Corporation (CAIC) yang merupakan anak perusahaan Aviation Industry Corporation of China (AVIC). Saat ini, hanya ada dua negara yang mengoperasikan J-10 yakni, China dan Pakistan.

Proyek ini berawal pada pertengahan 1980-an melalui program rahasia bernama Project 8610, yang bertujuan mengembangkan pesawat tempur superioritas udara buatan dalam negeri untuk menandingi sistem generasi ke-4 Rusia dan Barat.

Dalam proses pengembangannya, sejumlah analis pertahanan menyebut bahwa desain J-10 memiliki kemiripan dengan proyek jet tempur IAI Lavi asal Israel yang dibatalkan pada 1980-an. Meski demikian, pihak China membantah dugaan tersebut dan menegaskan bahwa J-10 merupakan hasil pengembangan murni industri dirgantara dalam negeri.

Pesawat ini melakukan penerbangan perdananya pada 23 Maret 1998 dan resmi diperkenalkan pada 2005, setelah hampir dua dekade pengujian. Sejak saat itu, J-10 berkembang menjadi platform tempur serbaguna (multirole fighter) dengan kemampuan air-to-air dan air-to-ground.

Hingga kini, J-10 telah berevolusi dengan beberapa varian. Mulai dari J-10A sebagai versi dasar, J-10B, Hingga J-10C dan J-10E. Varian ekspornya, J-10CE saat ini juga dioperasikan oleh Angkatan Udara Pakistan (PAF).

Berikut ini Spesifikasi Chengdu J-10.

Mesin Hingga Performa J-10

Chengdu J-10 awalnya dirancang untuk menggunakan mesin turbofan buatan dalam negeri Tiongkok, WP-15, namun proyek tersebut akhirnya digantikan oleh mesin dari Rusia yakitu, Salyut AL-31F. Mesin ini mampu menghasilkan daya dorong hingga 27.557 pon (lbf) dengan sistem afterburner, memberikan kemampuan akselerasi luar biasa bagi J-10.

Mesin AL-31F dikenal tangguh dan telah terbukti digunakan pada jet tempur Sukhoi Su-27 Flanker. Versi yang dipasang pada J-10 telah dimodifikasi khusus agar sesuai dengan kebutuhan pesawat tempur China ini.

Dalam pengembangannya, China kemudian mengembangkan mesin buatan dalam negeri WS-10A Taihang, yang kini digunakan juga digunakan untuk varian J-10 terbaru.

Mesin WS-10A memiliki dorongan sekitar 24.700 pon, sedikit lebih rendah dibanding AL-31F, namun memberikan keuntungan besar dari sisi kemandirian teknologi dan biaya operasional.

Secara umum, kemampuan mesin ini memungkinkan J-10 untuk terbang dengan kecepatan maksimum Mach 2,2 di ketinggian jelajah tinggi dan mencapai ketinggian operasi hingga 65.000 kaki atau sekitar 19.800 meter. Dengan jangkauan sekitar 2.500-3.000 KM.

Daya dorong kuat inilah yang menjadikan J-10 mampu bersaing dengan jet tempur sekelas F-16 asal Amerika Serikat atau MiG-29 buatan Rusia.

J-10 juga dilengkapi dengan sistem Fly-by-wire dalam mekanisme kendali pesawat.

Teknologi ini berkeja dengan menerima input dari pilot melalui flight control di cockpit, kemudian diproses oleh komputer sebelum diteruskan ke permukaan kendali seperti sayap dan vertical stabilizer.

Sistem Persenjataan Chengdu J-10

J-10 dibekali dengan Gun Double Barrel Tipe 23-3 dengan kaliber 23 mm yang terpasang di bagian bawah badan pesawat. Selain itu, pesawat ini memiliki 11 titik gantung (hardpoints) yang memungkinkan pembawaan berbagai jenis senjata mulai dari rudal air-to-air dan air-to-ground, serta, bom, maupun rocket pod.

Mengutip pernyataan Wakil Menteri Pertahanan Donny Ermawan Taufanto dalam sebuah diskusi publik di Jakarta.

Donny menyebut, China menawarkan jet tempur J-10 saat kunjungan pejabat TNI Angkatan Udara Indonesia ke China beberapa waktu lalu.

Namun ia menegaskan saat itu bahwa Jakarta belum mengirimkan tim untuk melakukan evaluasi teknis atau menindaklanjuti penawaran tersebut.

Sementara itu, kemarin, 14 Oktober 2025, di Jakarta Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi mengatakan bahwa hasil kunjungan Menteri Pertahanan (Menhan) RI ke China tidak akan dipublikasikan secara terbuka karena berkaitan dengan urusan pertahanan dan keamanan negara.

Prasetyo menyampaikan hal itu menjawab pertanyaan wartawan saat memberikan keterangan pers di Base Ops Halim Perdanakusuma usai mendampingi Presiden Prabowo Subianto pulang dari lawatan ke Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian Sharm El-Sheikh di Mesir.

Saat ditanya mengenai hasil pembicaraan Menhan di China dan kemungkinan adanya pesan khusus dari Beijing, Prasetyo menegaskan hal tersebut merupakan ranah teknis pertahanan.

“Khusus untuk Pak Menhan, karena itu berkaitan dengan masalah pertahanan dan keamanan, jadi enggak perlu kami sampaikan,” ujar Prasetyo kepada wartawan, dikutip Bisnis.com

Mensesneg tidak menjelaskan lebih lanjut terkait agenda maupun hasil pertemuan Menhan Sjafrie di China.

Seperti diketahui, Menhan RI Sjafrie Sjamsoeddin melakukan kunjungan kerja ke China beberapa hari sebelum Presiden Prabowo menghadiri KTT Perdamaian di Mesir.

Menhan menyambut langsung kedatangan Presiden RI Prabowo Subianto di Halim Perdanakusuma dari lawatannya ke Mesir.

“Kami telah berunding dengan Tiongkok dan mereka menawarkan banyak hal kepada kami, bukan hanya J-10, tetapi juga kapal, persenjataan, dan fregat,” kata Donny dikutip Reuters.

“Kami sedang mengevaluasi J-10,” lanjutnya seraya menambahkan bahwa Jakarta sedang meninjau kompatibilitas sistem, dukungan purnajual, serta harga, seperti diberitakan Global Times. (*)

Advertisement