LEGIONNEWS.COM – MAKASSAR, Bupati Gorontalo, Sofyan Puhi mendapatkan sorotan dari media asing asal Singapura, Channel News Asia (CNA).
CNA dalam tajuk pemberitaannya itu menyebutkan bupati Gorontalo itu secara tegas melarang mereka (Pria) berpenampilan seperti wanita atau Waria bernyanyi di atas panggung selama acara, sejak April 2025 ini.
“Pemerintah Gorontalo mengatakan hal ini sebagai tanggapan atas keluhan masyarakat yang mengklaim bahwa artis waria melanggar norma sosial Indonesia,” muat tulisan Channel News Asia itu.
Sementara itu, CNA juga memasukkan analis lokal. Disebut bagaimana program-program dapat secara signifikan memengaruhi popularitas para pemimpin daerah.
Sofyan Puhi, Bupati Gorontalo, mengeluarkan surat edaran yang melarang kegiatan hiburan rakyat dan hajatan pesta yang melibatkan waria (transpuan) bernyanyi di atas panggung, karena dianggap merusak moral generasi muda dan menghina ajaran agama. Ia menilai penampilan waria dengan atribut tertentu sebagai penghinaan.
Surat edaran yang diterbitkan Bupati Gorontalo, Sofyan Puhi, pada 25 April 2025, menyebut: “larangan kegiatan keramaian hiburan rakyat dan hajatan pesta yang melibatkan waria [transpuan], biduan, alkohol, narkoba, dan judi”.
Para pejabat yang disebut dalam surat diminta berhati-hati memberikan izin kegiatan keramaian, serta memantau dan mencegah “segala bentuk kegiatan dalam hal hiburan rakyat, usaha karaoke, turnamen pertandingan, serta hajatan pesta yang melibatkan waria.”
Surat edaran itu juga melarang biduan melakukan “tarian eksotis yang mengandung porno aksi yang melanggar norma kesusilaan.”
Selain bupati Gorontalo, Media berbahasa Inggris itu juga menyoroti Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi.
Ini terlihat dalam artikelnya berjudul “Innovative or ‘dangerous’? Indonesia’s local leaders raise eyebrows with vasectomy-for-aid and other schemes”.
CNA dalam menurunkan tajuk beritanya itu menjelaskan bagaimana 961 pemimpin daerah Indonesia bebas membuat program mereka sendiri.
Namun, tulis laman itu, inisiatif Dedi membuat kamp pelatihan militer menimbulkan kontroversi.
“Mengenakan seragam hijau dan topi yang menyerupai milik tentara Indonesia, puluhan remaja laki-laki berbaris rapi di tengah lapangan di Purwakarta, Jawa Barat, sambil berteriak: “Siap, siap, siap! Keren! Ayo tetap semangat!”,” tulisnya, dikutip Senin (12/5/2025).
“Orang mungkin mengira mereka adalah tentara yang sedang menjalani pelatihan, tetapi sebenarnya mereka adalah siswa SMP Indonesia yang dianggap penjahat dan menjalani kamp pelatihan selama 14 hari,’ katanya.
“Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, yang memperkenalkan program tersebut, yakin bahwa militerlah yang dapat mendisiplinkan para siswa ini. Ia telah mengalokasikan dana sebesar Rp 6 miliar rupiah untuk program tersebut dan menargetkan hingga 2.000 siswa untuk ikut serta.” Demikian seperti dilansir dari CNBC berbahasa Indonesia itu. (*)

























