LEGIONNEWS.COM – MAKASSAR, Masuknya Munafri Arifuddin alias di gelanggang pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota (Pilwali) Makassar untuk ketiga kalinya menjadi pembicaraan publik. Pasalnya, menimbulkan pertanyaan besar mengenai ambisinya tersebut.
Viral di berbagai media sosial seperti tiktok. Sebuah potongan video berdurasi satu menit 32 detik, dengan narasi Munafri Arifuddin bertarung di Pilwali Makassar ditengarai membawa kepentingan bisnis Bosowa Grup.
Dimana Bosowa Grup memiliki anak perusahaan perhotelan hingga perbankan.
Video itu diunggah akun tiktok @MakassarCyber2024. Bahkan ratusan kali telah dibagikan.
“Apakah ini adalah misi seorang Munafri Arifuddin?” Keterangan unggahan tersebut yang dilihat, Sabtu, (16/11/2024).
Tak hanya itu, video tersebut juga memberikan narasi terkait rekam jejak bisnis Bosowa. Ini pun mendapat komentar beragam dari nitizen.
“Kata-kata manismu tak akan bisa mengelabui rakyat. Kesalahanmu tetap tercium, politikus berahimu!” *** Tulis akun @dg suragga di kolom komentar.
“utang psm 5,7M gara gara appi loh sampai sekarang belum di bayar,” *** timpal akun @hermansyahwahid.
“dehh ndk bisa ma berkata kata ndk bakalan bisa ko ini naik tgg saya sher ini berita !!” *** Tanggapan akun @hikmah.
Pengamat Politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Tasrifin Tahara mengatakan, serangan siber merupakan fenomena yang terjadi ketika seorang calon dinilai punya kans besar untuk memenangkan kontestasi.
Sehingga, di 10 hari terakhir masa kampanye seperti sekarang ini, serangan-serangan lewat media sosial ini menjadi kesempatan bagi kubu calon tertentu untuk menurunkan elektabilitas lawan politiknya.
“Sebenarnya itu gejala dari orang-orang yang melihat orang yang diserang itu sepertinya punya elektabilitas yang cukup baik dan tinggi,” ujar Tasrifin saat dihubungi, Sabtu 16 November 2024.
“Sehingga di waktu yang tinggal 10 hari ini, maka salah satu media untuk mengimbangi tingginya elektabilitas tersebut, menggunakan penyerangan lewat media sosial yang begitu massif,” sambungnya.
Ketua Prodi Antropologi FISIP Unhas ini mengakui, serangan siber di detik-detik terakhir seperti ini memang berpotensi memberi efek. Apalagi bagi para undecided voters yang belum menentukan pilihan.
“Setidaknya ini bisa berefek kepada kelompok atau pemilih yang belum menentukan pilihan. Tapi bagi basis-basis yang sudah terbangun itu susah goyah,” terangnya.
Tasrifin mengatakan, pola serangan siber ini punya kans efektif dengan melihat sasarannya yang merupakan masyarakat perkotaan. Sebab, dengan menggunakan media sosial, konten-konten serangan tersebut dapat mudah diakses oleh semua kalangan masyarakat kota khususnya Kota Makassar.
“Media sosial untuk pemilih-pemilih di perkotaan kan sangat massif. Semua kalangan di perkotaan itu sangat intens mengamati media sosial,” tukasnya.
Dikonfirmasi terpisah, Juru Bicara MULIA, Andi Widya Syadzwina enggan memberikan komentar lebih banyak. Ia mengaku akan berkoordinasi lebih dulu dengan Tim Hukum terkait hal tersebut.
Sementara Tim Hukum MULIA, Johardi Joe yang coba dimintai keterangan tidak dapat dihubungi.
Koordinator Divisi Penanganan Pelanggaran, Data dan Informasi Bawaslu Makassar, Rahmat Sukarno menambahkan, laporan tim MULIA terkait video tersebut sudah dilakukan pengkajian. Hasilnya tidak masuk dalam ranah tindak pidana Pemilu.
“Laporan ini masuk UU ITE, jadi kami teruskan ke Bawaslu Provinsi. Bukan tindak pidana pemilu. Nanti Bawaslu Provinsi ke Bawaslu RI, disitu dilihat seperti apa kajiannya, apakah diteruskan ke Polri atau ke Kominfo untuk menghapus konten itu,” imbuhnya.
Sebelumnya, Tim Hukum pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin – Aliyah Mustika Ilham (MULIA) sudah pernah melaporkan ke Bawaslu Makassar mengenai video itu, Kamis, 24 Oktober 2024 lalu. (*)