Kotak Kosong di Pilgub: Indikasi Kuatnya Oligarki, Pimpinan Parpol di Jakarta dan Sulsel Tak ‘Berkutik’

FOTO: Simulasi Pilkada Calon Tunggal Foto: Antara/Muhammad Iqbal
FOTO: Simulasi Pilkada Calon Tunggal Foto: Antara/Muhammad Iqbal

LEGIONNEWS.COM – MAKASSAR, Sulawesi Selatan (Sulsel) memiliki banyak calon pemimpin yang mumpuni dalam dalam menahkodai pemerintahan di Sulsel.

Beberapa kepala daerah yang ada di kabupaten/kota di Sulsel terbilang sukses. Mereka bahkan punya keinginan maju sebagai Gubernur. Namun belakangan ini tersiar kabar partai politik bakal diborong habis oleh salah satu pasangan calon gubernur lewat Koalisi Indonesia Maju (KIM) ditambah partai pemenang pemilu di Sulsel (NasDem).

Kabar terakhir tersisa PDIP dan PPP kedua partai ini pada Pemilihan Presiden (Pilpres) lalu merupakan pengusung Capres dan Cawapres Ganjar – Mahfud.

Sedangkan parpol pengusung Anies – Muhaimin Iskandar di Pilpres seperti PKB dan PKS belum menentukan sikapnya.

Advertisement

PDIP dan PPP misalnya hanya memberikan surat tugas kepada salah satu bakal calon gubernur yaitu Wali Kota Makassar dua periode, Moh Ramdhan Pomanto atau ‘Danny Pomanto’.

Senasib Danny Pomanto. Tiga politisi partai golkar seperti Ilham Arief Sirajuddin (IAS), Adnan Purichta Ichsan dan Indah Putri Indriani hanya bermodalkan surat tugas.

Kotak Kosong, Oligarki dan Politik Uang

Pengamat komunikasi politik dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Dr Hasrullah menilai apabila Kandidat versus Kotak Kosong terjadi dalam pemilihan gubernur (Pilgub) di 27 November 2024 mendatang. Maka menurut pengajar di ilmu komunikasi politik itu mengatakan hal tersebut menjadi kemunduran ‘Berdemokrasi’ di Sulawesi Selatan (Sulsel).

Menurut Hasrullah dengan wacana kotak kosong kondisi ini mencerminkan lemahnya dinamika politik di Sulsel.

Bahkan menurutnya kondisi ini menunjukkan bahwa parpol tidak mampu menciptakan kontestasi yang sehat dengan menghadirkan kandidat-kandidat alternatif.

“Sekali lagi, Jika benar kotak kosong versus kandidat di Pilgub Sulsel, ini sebagai kemunduran demokrasi,” cetus Hasrullah.

Ia menambahkan adanya kandidat yang bertarung melawan kotak kosong menunjukkan degradasi demokrasi yang signifikan.

Hal ini bisa dianggap sebagai indikasi adanya oligarki dan permainan politik uang.

Sehingga ini menyebabkan partai politik tidak mampu melihat secara jernih calon-calon yang sebenarnya mampu memimpin Sulsel.

“Sekali lagi saya sampaikan Sulsel saat ini membutuhkan pemimpin yang memiliki leadership mumpuni. Kita telah memiliki beberapa tokoh dengan rekam jejak kepemimpinan yang jelas selama ini yang berhasil memimpin daerahnya (Kabupaten/Kota) dengan hasil yang baik,” ujarnya. (**)

Advertisement