Bahas Tahun Politik, Aktifis di Makassar Gelar Dialog dan Deklarasi Tolak Wacana Pemakzulan

FOTO: Kiri akademisi Dr. Arief Wicaksono dan Tokoh muda Sulsel Taqwa Bahar, dan paling kakan Fajar Muharram, mantan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Tarbiyah dan Pendidikan UIN Alauddin Makassar. Pemandu kegiatan dialog interaktif yang digelar di Cafe dan resto Bella, Makassar. Jumat (2/2/2024) siang.
FOTO: Kiri akademisi Dr. Arief Wicaksono dan Tokoh muda Sulsel Taqwa Bahar, dan paling kakan Fajar Muharram, mantan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Tarbiyah dan Pendidikan UIN Alauddin Makassar. Pemandu kegiatan dialog interaktif yang digelar di Cafe dan resto Bella, Makassar. Jumat (2/2/2024) siang.

LEGIONNEWS.COM – MAKASSAR, Komunitas Pemuda dan Mahasiswa di Makassar, Sulawesi Selatan menggelar dialog interaktif. Dialog itu membahas tentang wacana pemakzulan di tahun politik: ‘Antara Propaganda dan Orientasi Kekuasaan.’

Hadir dalam dialog interaktif itu, Dr. Arief Wicaksono selaku akademisi yang juga pengamat politik. Selain mantan fakultas ilmu sosial politik Unibos Makassar tidak sendirian. Dia didampingi Taqwa Bahar, Wakil ketua pemuda ICMI Sulsel sebagai narasumber mewakili unsur pemuda di Sulawesi Selatan.

Untuk diketahui belakangan ini muncul wacana pemakzulan terhadap presiden Joko Widodo atau Jokowi yang diinisiasi oleh sekelompok sipil yang melabeli diri dengan sebutan petisi 100.

Wacana pemakzulan itupun mendapat respon dari akademisi dan mahasiswa di Makassar.

Advertisement

Hal ini tergambar dalam Dialog Interaktif yang digelar di Cafe dan resto Bella, Makassar. Jumat (2/2/2024) siang.

Dialog interaktif itu dipandu oleh Fajar Muharram, mantan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Tarbiyah dan Pendidikan UIN Alauddin Makassar.

Dalam pemaparannya, Arief Wicaksono mengatakan bahwa wacana pemakzulan tersebut digerakkan oleh kelompok tertentu, bisa jadi ini bagian dari skenario politik yang menguntungkan pihak yang berkepentingan, dan kalau hal ini benar-benar dilakukan maka patut di duga ada kepentingan politik sehingga akan berpengaruh terhadap stabilitas politik dan keamanan karena dapat berujung pada chaos ucap dosen sospol universitas Bosowa ini.

“Untuk itu saya mengajak kepada teman-teman mahasiswa bahwa jangan mudah tergiring dengan opini pemakzulan, karena tentunya sebagai mahasiswa dapat memilah yang mana gerakan yang murni untuk kepentingan bangsa dan yang mana gerakan yang berorientasi kepentingan kekuasaan,” beber mantan dekan Sospol Universitas Bosowa Makassar itu. Jumat (2/1/2024)

Selaras dengan yang disampaikan oleh Arief, Taqwa Bahar menyampaikan pendapatnya terkait dengan wacana Pemakzulan yang seringkali disuarakan oleh Faisal Assegaff. Menurut mantan aktifis HMI ini bahwa yang dilakukan oleh petisi 100 bukanlah gerakan moral melainkan gerakan propaganda politik.

“Ya, saya menilai demikian sebab gerakan ini muncul di tahun politik, kalau memang gerakan tersebut murni adalah gerakan moral kenapa tidak dilakukan jauh sebelum proses pergantian kepemimpinan nasional berlangsung,” mahasiswa pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar ini.

“Ini kan mau pilpres jadi semua orang pasti paham bahwa wacana pemakzulan yang digaungkan itu sarat dengan muatan politik apalagi yang muncul seperti Faisal Assegaf, semua kalangan tahu khususnya kelompok aktifis mahasiswa kalau dia sudah sejak lama mengkritik pemerintah dengan argumentasi dan narasi yang provokatif,” tambah Taqwa.

Dirinya pun menduga bahwa kelompok yang mewacanakan gerakan pemakzulan terafiliasi dengan capres tertentu.

“Saya menduga bahwa kelompok yang mewacanakan gerakan pemakzulan terafiliasi dengan capres tertentu. Olehnya itu saya dan teman-teman menolak dan menyebutnya sebagai gerakan propaganda yang dilakukan dengan cara yang tidak etis dan jauh dari keadaban timur.”

“Sebab gerakan ini dimunculkan disaat tahapan pilpres sedang berjalan. Meskipun pemakzulan diatur dalam konstitusi pasal 7 UUD 1945. Namun gerakan yang digaungkan oleh Faisal Assegaff tersebut justru mencederai kepercayaan rakyat sipil, yang dimana berdasarkan survei kebijakan publik bahwa kepuasan masyarakat terhadap kinerja Pemerintah dibawah kepemimpinan Presiden Jokowi mencapai angka 75 % yang berarti bahwa dukungan kekuatan sipil masih mayoritas terhadap pemerintah Jokowi,” kunci mahasiswa pascasarjana Universitas Hasanuddin ini.

Kegiatan dialog tersebut ditutup dengan deklarasi penolakan terhadap wacana Pemakzulan, yang dimana isi deklarasi sebagai berikut:

Kami Pemuda dan Mahasiswa :

PERTAMA, Menolak Wacana Pemakzulan karena dapat memicu terjadinya perpecahan bangsa.

KEDUA, Siap ikut serta menjaga kedamaian dan ketentraman di tahun politik 2024

Persatuan Pemuda dan Mahasiswa Sulsel. (**)

Advertisement