MAKASSAR – Setelah melewati penantian yang cukup panjang dengan berbagai proses seleksi yang ketat, para talent utama yang didapuk berperan dalam film bergenre drama petualang ini akhirnya menandatangani kontrak kerja.
Penandatanganan kontrak kerjasama antara talent dan pihak manajemen film Rantemario berlangsung di jalan Hertasning Barat No 1 Makassar tepatnya di Kantor Produksi, Minggu (10/9/2023). Suasananya berlangsung sangat akrab dan penuh dengan senda gurau.
Detail poin kerjasama terkait nilai kontrak dan jangka waktu produksi film Rantemario wajib disepakati oleh kedua belah pihak. Mengingat hampir semua talent utama yang direkrut memiliki profesi yang berbeda dengan kesibukannya masing-masing.
Saat ditanya oleh para awak media,
Gadis Octaviani selalu Line Produser Film Rantemario mengatakan bahwa kesepakatan kerjasama ini selain memenuhi tuntutan hak dan kewajiban secara profesional, juga untuk memastikan waktu dan kesediaan para talent agar bisa total mengikuti tahap selanjutnya menjelang produksi.
“Totalitas mereka yang akan menentukan kualitas produksi film ini. Persepakatan yang profesional, pasti akan memberi dampak psikologi yang baik bagi tim kerja dan para talent.
Karena tahap selanjutnya berorientasi kepada penyempurnaan materi produksi seperti pelatihan khusus karakter talent, reki lokasi serta pematangan alokasi biaya operasional” ujar Gadis.
Sebanyak 16 orang terpilih dalam seleksi casting film diberbagai peran seperti aktor utama, aktris utama, pemeran pembantu utama dan pemeran pembantu melakukan kesepakatan kerja lewat penandatanganan kontrak.
Film Rantemario merupakan film bergenre drama petualangan bernuansa tahun 90-an, mengangkat kisah dengan muatan nilai sosial, budaya, dan lingkungan. Rencana pengambilan gambar meliputi Kota Makassar, Kabupaten Maros, Gowa, dan tentunya di Gunung Latimojong, Kabupaten Enrekang.
Sutradara Film Rantemario Indra J Mae
mengatakan, persiapan yang dilakukan tim produksi membutuhkan waktu yang panjang karena banyak aspek yang mesti diperhitungkan secara matang dan mendetail. Mengingat tingkat kesulitan pengambilan gambar diberbagai lokasi alam bebas serta wilayah gunung Latimojong sangat berbeda perlakuannya dibanding membuat produksi film di lokasi yang ideal.
“Perlengkapan properti pendukung untuk keamanan kru dan talent harus ekstra diadakan dan itu wajib. Kita semua setidaknya harus memiliki kemampuan fisik dan mental yang ideal untuk beraktifitas di alam terbuka. Tentu saja semua poin itu harus dituangkan dan disepakati dalam kontrak kerjasama yang profesional,” pungkasnya.