LEGIONNEWS.COM – MAKASSAR, Komunitas Pa’kopi Makassar kembali menggelar dialog publik bertemakan, “Masyarakat Tamalanrea Tegas Menolak Rencana Pembangunan PSEL.”
PSEL adalah Pengelolaan Sampah menjadi Energi Listrik. Pemerintah kota Makassar melalui Panitia Seleksi KPSI PSEL Dinas Lingkungan Hidup telah melakukan seleksi lahan pembangunan PSEL di Makassar.
Ada 3 opsi rencana penempatan PSEL diantaranya, yaitu Lokasi 1 Kelurahan Tamangapa Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah, Kecamatan Manggala, Lokasi 2 Jl Kapasa Raya, Kecamatan
Biringkanaya, dan Lokasi 3 Kompleks Grand Enterno Jl Ir Sutami, Kecamatan, Tamalanrea, Kota Makassar.
Dialog publik itu berlangsung di Cafe Ardan Masogi, Jalan Perintis Kemerdekaan, Tamalanrea, Makassar. Hadir sebagai naras sumber, Akademisi, Arief Wicaksono Pengamat Sosial dan Politik, Pengelola Kawasan Bisnis Parangloe, Tamalanrea Bambang Surantoyo, Tokoh Masyarakat Abdul Hamid.SH.MH. Tokoh Muda:
Ardiansyah Rajjako, Tokoh Muda Mantan Ketua HMI Cabang Cagora dan Moderator Syamsul Bahri Majjaga, SH.
Pengamat sosial dan politik itu menilai bahwa perlu dipertimbangkan pemerintah kota terkait dengan penempatan pengelolaan sampah menjadi energi listrik di kawasan kecamatan Tamalanrea.
“Perlu pemerintah kota mempertimbangkan rencana pembangunan PSEL di Tamalanrea. Pertama kawasan ini merupakan pusat pendidikan, pergudangan dan permukiman, kemudian disitu berdiri pabrik pembangkit listrik berbahan baku sampah kering,” katanya.
“Pemerintah terus berupaya untuk energi listrik baruterbarukan, salah satunya itu PSEL ini. Mungkin lebih dipikirkan, bila sumber bahan baku PSEL itu berada didekat di TPA, dimana pun dunia bahkan beberapa PSEL di Indonesia berada dekat dengan TPA,” beber pengajar di Universitas Bosowa (Unibos).
Pengamat sosial ini juga mengatakan adanya dampak sosial kedepan nantinya terhadap kawasan PSEL.
“Kita tau bersama ada penolakan warga di dekat rencana dimana akan dibangun PSEL dekat dengan kota mandiri terbesar dikawasan indonesia timur (Parangloe). Itu harus kita pikirkan bersama,” tutur Arief Wicaksono.
Dalam dialog publik itu hadir sebagai narasumber dua Tokoh Pemuda di Kecamatan Tamalanrea. Kedua tegas menolak, bahkan mengancam akan menggelar aksi besar-besaran bila pemerintah kota ngotot akan menunjuk kawasan Parangloe sebagai pusat industri pengelolaan sampah menjadi energi listrik itu.
“Tegas kami berdua sebagai pemuda di Tamalrea menolak rencana pemerintah kota yang ngotot akan menunjuk kawasan Parangloe sebagai pusat industri pengelolaan sampah menjadi energi listrik itu. ini ada apa? tanya mantan Ketua HMI Cabang Cagora itu.
Hal senada disampaikan H. Husain Ketua RW 5, Mula Baru, Kelurahan Bira, Tamalanrea. “Saya hadir disini mengawali warga Parangloe, Kapasa dan Biringkanaya dengan tegas menolak PSEL ditempat kami,” ujar Ketua RW 5, Mula Baru itu.
“Alasan apa dan cara berpikir mereka ini para ahli kita dari perguruan tinggi, kenapa lagi ada opsi ke Tamalanrea dan Biringkanaya, TPA itu adanya di Tamangapa terus setiba-tiba mereka munculkan opsi lain diluar TPA Tamangapa. Saya pikir saya sejalan dengan anak-anak muda tadi, tegas menolak. Kalau mereka bakal blokade jalan, Saya memilih tinggal di rumah Wali kota Makassar, yah kita bergantian lah, biar sama-sama rasakan aroma sampah yang timbul di PSEL,” Kesal Husain.
Pengelola kawasan Tallasa City, Bambang Surantoyo, berharap agar pemerintah kota untuk dapat mempertimbangkan rencana lokasi PSEL.
“Mungkin sebaiknya untuk mempertimbangkan pembangunan PSEL di Tamalrea,” singkat Bambang.
Dia pun mengungkapkan kawasan Parangloe adalah kawasan kota mandiri, Disebutkan nya bahwa banyak investor yang bakal membangun sekolah bertaraf internasional dan rencana pembangunan rumah sakit saraf dikawasan itu.
“Parangloe dan Talassa city merupakan kawasan kota mandiri terbesar di Indonesia timur, sayang sekali kalau ada investor ingin berinvestasi namun dengan keberadaan PSEL dikawasan Parangloe sedikit tidaknya akan berpengaruh dengan Memorandum of Understanding (MoU) dengan pihak investor yang akan menanamkan modalnya di Makassar khususnya kawasan kota mandiri Parangloe,” kunci Bambang. (LN)