LEGIONNEWS.COM – JAKARTA, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menekankan kepada pemerintah daerah (pemda) untuk memahami potensi bencana di daerahnya sekaligus mempersiapkan anggaran untuk penanggulangan bencana.
Hal tersebut disampaikan Presiden saat menghadiri Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Penanggulangan Bencana Tahun 2023, di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (02/03/2023).
“Daerah-daerah yang memiliki kemungkinan-kemungkinan besar terjadi bencana itu memang harus menganggarkan, harus,” ujar Presiden usai membuka Rakornas.
- Baca juga:
Presiden Minta Menteri PANRB Cari Jalan Terbaik Selesaikan Persoalan Tenaga Non-ASN - Baca juga:
Bahas Rencana Kerja Pemerintah 2024, Presiden: Jangan Sampai Ada Program Tidak Terselesaikan
Presiden menilai pemda dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) seharusnya sudah dapat menghitung jumlah anggaran yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi geografis dan sebaran potensi bencana di daerahnya.
“Besarnya berapa? Saya kira daerah bisa mengalkulasi sendiri. Misalnya, daerah yang sering terjadi erupsi gunung berapi, jelas daerah mana jelas. Kalau enggak ada gunung berapi, berarti enggak usah. Daerah-daerah yang ada di garis kebencanaan untuk gempa bumi, di garis mana kan sudah tahu semua, sudah tahu semua,” ujarnya.
- Baca juga:
Ramalkan Tiga Hari Sebelum Gempa Turki, Ahli Geologi: Bakal Ada Gempa Dahsyat 8 mg di Indonesia Tengah dan Timur - Baca juga:
PN Jakpus Putuskan Tunda Pemilu 2024, Yusril: Majelis Hakim Keliru!
Sebelumnya, dalam sambutannya, Presiden menyampaikan bahwa saat ini semua negara tengah mewaspadai perubahan iklim yang berpotensi meningkatkan frekuensi bencana.
“Perubahan iklim itu menyebabkan frekuensi bencana alam di dunia naik drastis dan Indonesia menempati tiga teratas paling rawan bencana,” ujar Presiden.
- Baca juga:
Pangdam XVII/Cenderawasih Berikan Bantuan Kepada Pengungsi di Makodim 1702/JWY - Baca juga:
Petinggi PD Tidak Khawatir Soal Hambalang yang Dilontarkan Anas dan Gede Pasek
Presiden mengungkapkan, frekuensi bencana di Indonesia naik 81 persen, dari 1.945 bencana di tahun 2010 menjadi 3.544 bencana di tahun 2022, yang meliputi banjir, letusan gunung berapi, tanah longsor, gempa bumi serta bencana alam dan nonalam lainnya.
“Oleh sebab itu, siaga dan waspada itu menjadi kunci, baik tahap prabencana, pada tahap tanggap darurat, maupun pascabencana. Semuanya harus disiapkan, semuanya harus dikelola dengan baik,” tandasnya. (MAY/UN)