BULUKUMBA – Bank Indonesia (BI) Sulawesi Selatan memuji tingkat realisasi inflasi di Kabupaten Bulukumba yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah-daerah lain. Capaian ini, ditopang dengan program yang baik.
“Bahkan lebih rendah dari nasional realisasi inflasinya hingga saat ini. Nah, itu suatu hal positif. Tapi tidak boleh cukup puas di situ. Kita terus berupaya dan memantapkan program,” kata Deputi Direktur
Unit Kerja: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan, Hasiando Ginsar Manik pada acara Highlevel Meeting dan Sosialisasi Pengendalian Inflasi di Ruang Pola Kantor Bupati Bulukumba, Rabu, 14 Desember 2022.
Ia mengemukakan bahwa program itu terkait dengan yang disebut 4K, yaitu ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, komunikasi yang efektif, termasuk ketahanan pangan.
“Kita memang berusaha dari hulunya agar mandiri dalam hal pangan,” ujarnya.
Hasiando menerangkan, program pembagian bibit atau benih, kemudian subisidi di perikanan adalah program yang baik. Kata dia, program bagus untuk terus dilanjutkan, termasuk mencari inovasi-inovasi baru untuk tahun berikutnya.
“Dengan demikian, maka tingkat inflasi Bulukumba bisa mendekati sasaran dan bisa mendapatkan penghargaan yang lebih baik lagi di tahun mendatang,” katanya.
Sementara itu Sekretaris Daerah Muh Ali Saleng menyampaikan bahwa program pemerintah daerah saat ini mengarah pada upaya memperkuat ketahanan pangan menuju kemandirian pangan, termasuk tentunya untuk menekan laju inflasi.
Program bibit unggul dan peningkatan infrastruktur di sektor pertanian menjadi prioritas pemerintah dalam meningkatkan perekonomian masyarakat.
“Jika ketahanan pangan kita kuat, maka daya tahan terhadap krisis masih ada. Terbukti saat krisis akibat pandemi Covid, pertumbuhan ekonomi Bulukumba masih positif pada angka 0,30 persen,” imbuhnya.
Resesi Global Warning untuk Antisipasi
Pada kesempatan tersebut Hasiando lebih dalam mengutarakan dampak resesi global, seperti yang terjadi di Eropa dan Amerika. Menurutnya Indonesia khususnya di Bulukumba ini, harus melakukan langkah-langkah antisipasi.
“Apa yang terjadi di luar merupakan warning bagi kita. Artinya, itu bisa tidak terjadi, jika kita melakukan antisipasi,” ujarnya.
Dengan fundamental ekonomi yang baik saat ini, katanya, diharapkan pertumbuhan terjaga, tingkat inflasi agar diupayakan lebih rendah jauh daripada negara-negara lain.
Hasiando mengungkapkan bahwa sesuai fungsinya, Perbankan akan terus mendorong intermediasi pembiayaan bagi pelaku usaha.
“Kebijakan suku bunga saat ini, bisa saja berdampak pada pelaku usaha. Tapi harus diliat dulu sasarannya lebih jauh, kita berupaya agar tekanan inflasi dapat dikendalikan. Kita berupaya juga agar nilai tukar kita lebih stabil,” katanya.
Ia menuturkan, kebijakan suku bunga memang titik optimal bagi perekonomian, baik juga pelaku usaha maupun konsumen, serta komponen lainnya.
“Jadi, kami merasa apa yang diputuskan oleh Pimpinan BI merupakan titik optimal bagi perekonomian kita,” kata Hasiando.(*)