“Dewan Kolonel” Trimedya: Puan Trah Soekarno, Tidak Ingin Bernasib Seperti Trah Soeharto Golkar Lepas

FOTO: Anggota Komisi III DPR RI, Trimedya Pandjaitan. (Suara.com/Welly H).
FOTO: Anggota Komisi III DPR RI, Trimedya Pandjaitan. (Suara.com/Welly H).

JAKARTA – Ramai dengan istilah “Dewan Kolonel” ditengah masyarakat dan berbagai plafrom media sosial. Diketahui sejumlah anggota Fraksi PDIP DPR membentuk Dewan Kolonel.

Seperti disampaikan oleh salah satu anggota Fraksi PDIP Tugas daripada Dewan Kolonel adalah mempersiapkan “Karpet Merah” untuk Puan Maharani menjadi Capres 2024.

BACA JUGA: Ganjar Tidak Diundang Dalam Acara PDIP, Pengamat: Terkesan Sudah Diabaikan Keberadaannya

Keberadaan Dewan Kolonel ini disampaikan langsung salah satu pencetus­nya, Trimedya Panjaitan. Anggota Fraksi PDIP itu mengaku menjadi Koordinator Dewan Kolonel untuk Puan Maharani.

Advertisement

“Pas Pak Utut ke luar kota sama Mbak (Puan), disampaikan sama Pak Utut (soal Dewan Kolonel), Mbak senang. Sudah gitu aja,” kata Trimedya di Gedung DPR, Jakarta, kemarin.

Menurut Trimedya, ide pembentukan Dewan Kolonel muncul dari Anggota Komisi III DPR Fraksi PDIP Johan Budi Sapto Pribowo. “Johan Budi bilang kita loyalis Mbak harus buat sesuatu, Dewan Kolonel,” katanya.

Trimedya mengatakan, Dewan Kolonel baru berusia lima bulan dan tidak ada struktur resmi. Namun, dia menyebut tiap komisi ada anggota Fraksi PDIP menjadi koordinator.

Dia menekankan, Dewan Kolonel akan mendukung Puan Maharani menjadi calon presiden (capres) 2024 sembari menunggu keputusan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

“Apapun bagi kami ya Mbak Puan, sebelum Ibu memutuskan lain. Kalau Ibu putuskan lain, ya kami tentu tegak lurus,” tegas anggota Komisi III DPR ini.

Trimedya mengklaim, jika Puan tidak didukung sebagai trah Soekarno, maka akan bernasib sama seperti trah Soeharto yang hilang dari Golkar. Dia merasa, ka­lau bukan trah Sukarno, PDIP gampang dikendalikan pihak lain. “Kami juga tidak ikhlas kalau sampai jadi seperti keluarga Soeharto di Golkar,” kata Trimedya.

Akun @GundulOh mengatakan, untuk membangun citra Puan sebagai capres, Fraksi PDIP membentuk Dewan Kolonel.

Akun @Santri_Brebes mengatakan, tugas Dewan Kolonel untuk mempromo­sikan Puan di daerah pemilihan (dapil) masing-masing anggotanya. “Tujuannya, menjadikan Ketua DPR itu sebagai capres dari PDIP,” ujarnya.

Akun @Sangarjunacool mengenang di zaman Soekarno, ada Dewan Jenderal. Sekarang, di zaman cucunya, ada Dewan Kolonel.

Akun @Benediktus_delo menilai, Dewan Kolonel sebagai kuda-kuda Puan belum kokoh dan masih rapuh. Kata dia, mudah-mudahan para petinggi PDIP mengkalkulasi ulang capresnya.

“Megawati pernah kalah lawan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), padahal saat itu Megawati, Presiden. Sekarang malah Puan yang mau disodorkan,” ujar @Fransisku_Gonzales.

Menurut @Hermanto_tannu, Puan saat ini belum waktunya menjadi capres. Sekarang sebaiknya utamakan Ganjar Pranowo. Dia bilang, jangan sampai pada saatnya Ganjar justru didukung oleh Partai NasDem dan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).

“Dewan Kolonel adalah kelompok se­rius, tapi dibikin guyonan. Biar tidak ke­liatan noraknya,” kata @kumur_kumur.

“Mau Dewan Kolonel, mau Dewan Jenderal, tetap saja Puan nggak laku dijual sebagai capres atau cawapres,” tukas @Jonslo.

Akun @itikurih mengkritik Dewan Kolonel merupakan komunitas egosentris. Kata dia, Dewan Kolonel cuma memikir­kan diri sendiri dan kelompoknya saja dan tidak punya sense of crisis. “Paling-paling nanti ujungnya yang dicalonkan Ganjar. Itu namanya politik, biasalah begitu,” timpal @Roy_Subuh_Ginting.

Menurut @Alexius_Triyuliatno, partai-partai politik lain akan sangat bersyu­kur jika Puan yang dicalonkan PDIP. “Soalnya, kesempatan tersebut akan dimanfaatkan pihak lain untuk merebut tahta kemenangan di Pemilihan Legislatif (Pileg). Maupun Pemilihan Presiden (Pilpres) di 2024,” katanya.

Sementara, @siagiansulben meminta semua orang jangan menyepelekan Puan Maharani. Bagaimanapun, Puan merupa­kan trah Soekarno. Sebagai Ketua DPR selama 5 tahun, elektabilitas Puan cukup mumpuni.

“Puan sebagai capres maupun cawapres tidak jadi soal, yang penting trah Soekarno tetap existed. Memang, perlu kedewasaan berpikir bagi pemilih untuk memilih Puan se­bagai capres,” tukas @JurnalAspirasi. (Sumber: rm)

Advertisement