BULUKUMBA – Pemerintah Kabupaten Bulukumba, melalui Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) melaksanakan kegiatan Pemberdayaan Kelompok Masyarakat di Kampung KB.
Kegiatan yang dikerjasamakan dengan Kodim 1411, Baznas, dan Tim Penggerak PKK Bulukumba ini juga dirangkaikan dengan Launching Dashat (Dapur Sehat Atasi Stunting) dan Pencanangan Kampung KB, di Desa Caramming Kecamatan Bontotiro. Rabu 21 September 2022.
BACA JUGA: Perbatasan Bulukumba-Sinjai di Desa Kambuno Mulai Mulus
Pencegahan Stunting adalah salah satu prioritas pembangunan nasional. Pemerintah menargetkan untuk menurunkan prevalensi Stunting dari 30,8 persen pada tahun 2018 menjadi 14 persen di tahun 2024.
Untuk mencapai target tersebut, pemerintah telah menyusun strategi nasional percepatan pencegahan Stunting yang diharapkan dapat menjadi acuan bagi semua pihak di tingkat pusat, daerah hingga tingkat desa dalam melakukan percepatan pencegahan Stunting.
Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting menyebutkan bahwa salah satu pilar penting yang perlu dilakukan adalah adanya konvergensi antar program/kegiatan yang berasal dari berbagai sumber pembiayaan, baik itu APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten maupun APB Desa.
Wakil Bupati Andi Edy Manaf mengatakan, untuk meminimalisir angka Stunting, BKKBN melalui DP2KBP3A Bulukumba membentuk Dashat (Dapur Sehat Atasi Stunting) untuk memaksimalkan Percepatan Penurunan Stunting.
Menurutnya, upaya percepatan pencegahan Stunting akan lebih efektif apabila intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif dilakukan secara konvergen di tingkat kabupaten sampai ke desa melalui Program Dashat
“Dashat dibentuk untuk intervensi gizi spesifik menyasar penyebab langsung Stunting yang meliputi kurangnya asupan makanan dan gizi,” ungkapnya.
Olehnya itu, untuk memaksimalkan kerja-kerja di lapangan, lanjutnya dibutuhkan kolaborasi stakeholder untuk bersama-sama bergerak mencegah dan menangani Stunting di masyarakat.
Jika intervensi gizi spesifik pada umumnya dilaksanakan oleh sektor kesehatan dan KB, sedangkan intervensi gizi sensitif menyasar penyebab tidak langsung adanya Stunting yang mencakup, diantaranya, peningkatan penyediaan air bersih dan sanitasi, peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan, peningkatan kesadaran komitmen, dan praktik pengasuhan dan gizi ibu dan anak, serta peningkatan akses pangan bergizi.
“Inilah keempat penyebab tidak langsung tersebut yang kita harapkan menjadi kewenangan dan semestinya dilakukan oleh lintas sektor terkait,” imbuhnya.
Sementara itu, pimpinan Baznas Bulukumba, Muhammad Yusuf Shandy mengungkapkan bahwa Baznas juga mengambil peran dalam pencegahan Stunting melalui program utama di bidang kesehatan dan kemanusiaan.
“Program ini telah dijalankan beberapa tahun lalu, dengan tujuan mencegah Stunting, melalui pemberian makanan tambahan dan asupan gizi untuk meningkatkan gizi ibu hamil dan bayi baru lahir, agar anak-anak tumbuh besar menjadi anak yang sehat,” ungkapnya.
Selain itu, lanjutnya, Baznas bersama DP2KBP3A juga sementara melaksanakan program Bapak Asuh Anak Stunting sebagai bentuk kolaborasi untuk melahirkan dan membina generasi yang unggul.
Pada kegiatan tersebut dilaksanakan penandatanganan MOU antara DP2KBP3A, Camat dan Baznas terkait Program Dashat yang mengatur terkait pembagian peran masing-masing pihak.
Selain itu ada Penandatanganan MOU antara Aisyiah dengan DP2KBP3A tentang Launching Pasmina yang merupakan kerjasama dengan program USAID Madani.
Turut hadir, Dandim 1411 Letkol CZI Dendi Rahmat Subekti, Ketua TP PKK Hj. Ira Kasuara, dan Kabid. Pengendalian Penduduk BKKBN Perwakilan Provinsi Sulsel, Yoseph Upa.(*)